TEMPO.CO, Jakarta- Pergerakan mata uang Asia yang variatif dan sepinya rilis data ekonomi terbaru membuat rupiah melemah. Dalam transaksi pasar uang, Selasa, 13 Januari 2015, rupiah terkoreksi 1 poin (0,01 persen) ke level 12.601 per dolar Amerika Serikat.
“Setelah berita kenaikan cadangan devisa Bank Indonesia ke level US$ 111,7 miliar, belum ada sentimen positif yang bisa mengangkat posisi rupiah terhadap dolar,” kata analis dari PT Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra, kemarin. (Baca: Ada Lelang SUN, Rupiah Melesat 28 Poin)
Dolar AS sedikit tertekan setelah imbal hasil obligasi Amerika (US Treasury) turun tajam ke level 1,9 persen, atau terendah sejak 2013. Selain itu, muncul pernyataan dari petinggi bank sentral Amerika (The Fed) bahwa rendahnya upah mingguan mungkin akan mendorong bank sentral mempertahankan suku bunga yang rendah lebih lama.
Menurut Putu, pelemahan dolar AS tidak bisa dimanfaatkan oleh rupiah untuk menguat. Meski data cadangan devisa menunjukkan perbaikan, outlook ekonomi yang tercermin dari neraca transaksi berjalan masih defisit.
Pelaku pasar masih menunggu sentimen positif baru dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, yang akan dilaksanakan besok. Bank sentral diprediksi masih akan menahan suku bunga acuan pada level 7,75 persen untuk menjaga laju pertumbuhan serta mengantisipasi rencana kenaikan suku bunga The Fed.
Putu memperkirakan pergerakan rupiah masih akan mendatar dengan kecenderungan melemah terbatas pada angka 12.500-12.700 per dolar AS.
M. AZHAR
Berita Terpopuler
Pemeran Mahar Film Laskar Pelangi Meninggal di Kos
Budi Gunawan Bukan Juara, Siapa Peraih Adhi Makayasa 83?
Kesaksian Teman Mahar Laskar Pelangi Sebelum Tewas