TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu pengobatan baru yang paling menjanjikan untuk penyakit Alzheimer atau dikenal dengan sebutan pikun ada di dapur Anda. Bahan alami yang ditemukan di dalam rempah-rempah bernama kunyit ini telah digunakan oleh banyak orang Asia selama berabad-abad.Sebuah studi baru menunjukkan kunyit berkhasiat mengobati penyakit otak, salah satunya pikun.
"Kunyit telah menunjukkan kemampuan untuk memasuki otak, mengikat dan menghancurkan plak beta-amyloid yang ada di penyakit Alzheimer, dengan mengurangi racun," kata Wellington Pham, Professor dari Universitas Vanderbilt Medical Center seperti dilansir Science Daily, Senin 12 Januari 2015.
Pengumpulan dan penimbunan protein yang dikenal sebagai beta-amyloid, mendorong hilangnya neuron yang tidak dapat diubah pada penyakit Alzheimer. Mengembangkan molekul kecil untuk membuat penimbunan dan melakukan pembongkaran sangat penting, tetapi kemampuan molekul-molekul kecil melintasi penghalang darah otak menjadi faktor yang membatasi untuk pengiriman obat masuk ke dalam otak.
Pham dan rekan-rekannya di Universitas Shiga Ilmu Kedokteran di Otsu, Jepang, mengembangkan strategi baru untuk memberikan molekul mirip dengan kunyit agar lebih efektif menuju otak. "Salah satu kesulitan dalam pengobatan penyakit pikun adalah bagaimana memberikan obat di penghalang darah otak," kata Pham.
Tubuh kita telah merancang penghalang itu untuk melindungi otak dari setiap molekul beracun yang dapat melintas ke otak dan membahayakan neuron.Tapi penghalang itu merupakan penghalang alami untuk molekul yang dirancang untuk pengobatan modifikasi penyakit.
Untuk mengatasi masalah pemberian obat melalui infus, peneliti memutuskan untuk mengembangkan alat penyemprot guna menghasilkan aerosol kunyit.
Para peneliti Jepang mengembangkan suatu molekul mirip dengan kunyit, FMeC1, yang digunakan dalam penelitian ini.
Keuntungan dari FMeC1 adalah senyawa yang dapat dilacak di dalam otak dengan menggunakan pencitraan resonansi magnetik. "Kunyit adalah struktur kimia yang sangat sederhana, sehingga tidak mahal untuk menghasilkan konektor analog, "kata Pham.
SCIENCEDAILY | CORA AMYRA UQIYANUS
Topik Terhangat:
AirAsia | Calon Kapolri | Charlie Hebdo | Menteri Jonan | Susi Pudjiastuti
Berita terpopuler lainnya:
Ingin Anak Sehat? Ubah Gaya Hidup Anda
Menyiasati Hidup Ala Jakarta Low End Living
Awas, Kurang Tidur Bisa Bikin Senewen