TEMPO.CO, Bima - Selama 2014 setidaknya tiga orang polisi yang menjadi korban penembakan orang tak dikenal yang diduga sebagai terduga teroris.
Berdasarkan data yang dihimpun Tempo, pada Sabtu pagi, 16 Agustus 2014, sekitar pukul 07.50 Wita, penembakan menimpa Kepala Kepolisisan Sektor Ambalawi, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Ajun Komisaris Abdul Salam.
Ayah empat anak itu diduga ditembak dua kali. Peluru melukai kepala bagian belakang korban. Peluru menembus helm yang digunakan korban, karena pada bagian belakang helm terdapat lubang kecil.
Penembakan terjadi di tengah hutan. Korban saat itu sedang dalam perjalanan menuju kantornya yang berjarak sekitar 22 kilometer dari rumahnya di Kelurahan Bedi, Kecamatan Mpunda, Kota Bima. Korban mengendarai sepeda motor Yamaha Mio.
Menurut kerabatnya, biasanya Salam menggunakan mobil setiap kali berangkat ke kantor. Namun tak diketahui mengapa saat itu Salam menggunakan sepeda motor.
Lokasi penembakan berjarak cukup jauh dari perkampungan penduduk. Lokasinya berada di jalan tikungan di Desa Kole. Suasana di lokasi kejadian sangat sepi dan banyak pepohonan.
Jarak terdekat dengan permukiman penduduk sekitar tiga kilometer. Karena itu tidak ada warga yang mendengar suara letusan pada pagi itu.
Salam sempat dirawat di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Ambawali. Namun nyawanya tak bisa diselamatkan.
Sebelumnya, penembakan juga menimpa Inspektur Dua Hanafi pada Jumat, 28 Maret 2014, sekitar pukul 11.00 Wita. Dua peluru bersarang di perut Kepala Urusan Satuan Narkoba Kepolisian Resor Kota Bima itu.
Hanafi ditembak di depan Rumah Makan Doro Belo, sekitar 300 meter dari Markas Kepolisian Resor Kabupaten Bima. Saat itu Hanafi, yang tidak menggunakan pakaian seragam kepolisian, baru keluar dari kantornya dan hendak pulang ke rumahnya di Desa Bante, Kecamatan Woha.
Nyawa Hanafi bisa diselamatkan setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Bima. Namun, Hanafi mengalami cacat di bekas lukanya.
Penembakan juga menimpa Brigadir Kepala Muhamad Yamin, pada Senin, 2 Juni 2014, sekitar pukul 22.10 Wita. Anggota Intelijen dan Keamanan (Intelkan) Kepolisian Resor Kabupaten Bima itu tewas ditembak orang tak dikenal di depan Masjid Raya Bolo, tak jauh dari rumahnya di Desa Rasabou, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima.
Yamin ditembak dari jarak dekat. Korban tersungkur akibat peluru yang bersarang di dada kirinya. Yamin tewas seketika. Sedangkan pelaku langsung kabur.
Data yang diperoleh Tempo menyebutkan Roni alias Jaka alias Fuad, yang ditembak mati oleh tim Densus 88 di Desa Krenceng, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Jumat pagi, 16 Januari 2015, bertempat tinggal di Kelurahan Penatoi, Kota Bima, NTB.
Sehari-hari Roni yang lebih dikenal dengan nama Fuad itu menjadi guru di sebuah pesantren di Kelurahan Penatoi. Dia juga menjual es buah.
Sejumlah tetangganya menjelaskan Fuad berasal dari Jawa. Fuad menikahi seorang gadis asal Desa Kolo, Kecamatan Asakota, Kota Bima. Pasangan suami-istri itu dikaruniai dua orang anak. “Sudah cukup lama Fuad meninggalkan rumahnya,” kata salah seorang tetangganya kepada Tempo, 16 Januari 2015.
Tempo masih berupaya mendapatkan penjelasan dari Kepala Poles Kota Bima maupun Kepala Polres Kabupaten Bima, siapa di antara tiga polisi itu yang menjadi korban penembakan yang dilakukan oleh Fuad.
AKHYAR M NUR | JALIL HAKIM
Baca juga:
Perang Sedan Mewah di Detroit Auto Show
Evakuasi Kabin Air Asia Dibayangi Awan Kumulonimbus
Jalan Bernama Bupati Mojokerto Senilai Rp 15 Miliar
Harga Minyak Lesu, Schlumberger Pecat Karyawan