TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepolisian Resor Kabupaten Gunung Kidul mencatat, sepanjang tahun 2014 ini ada dua jenis kasus kriminalitas yang tergolong tertinggi di antara kasus lainnya. "Khususnya kasus bunuh diri dan penggunaan narkotika, masih tertinggi untuk tahun 2014 ini," kata Kepala Kepolisian Resor Kabupaten Gunung Kidul Ajun Komisaris Besar Polisi Faried Zulkarnaen kepada Tempo akhir bulan lalu.
Faried merinci, untuk kasus bunuh diri di Gunung Kidul tahun 2014 ada 21 kasus. Hanya turun sedikit dibanding tahun sebelumnya 2013 yang mencapai 29 kasus. Dari jumlah kasus bunuh diri yang muncul tahun ini, kata Faried, hanya ada satu nyawa yang berhasil diselamatkan. Sementara 20 lainnya tewas dengan cara paling banyak menggantung dirinya. "Rata-rata satu bulan hampir dua orang mencoba bunuh diri, yang gagal dan bisa diselamatkan hanya satu orang," kata Faried.
Namun yang menjadi perhatian kepolisian, dari kasus bunuh diri yang memang marak di Gunung Kidul itu, motif para pelakunya mulai berubah. Meskipun profil pelaku bunuh diri itu kebanyakan masih kalangan lanjut dengan usia di atas 50 tahun. Dengan cara rata-rata gantung diri karena merasa depresi dengan beban penyakit menahun yang tak kunjung sembuh. "Untuk tahun ini ada dua kasus yang melibatkan anak di bawah umur 18 tahun, dengan cara dan motif berbeda," kata dia. (Baca: Berbagai Topik Bunuh Diri)
Misalnya yang terjadi pada seorang pelajar Sekolah Menengah Atas berinisial G (17 tahun) asal Dusun Ngingrong Kecamatan Tepus September lalu. Yang mencoba bunuh diri setelah merasa gagal dan depresi dengan proses pendidikannya. Bunuh diri gagal itu dilakukan pelajar itu dengan menceburkan diri ke jurang bersama sepeda motor yang dikendarainya ke jurang dengan ketinggian sekitar 40 meter.
"Ada juga yang memincum racun serangga di usia 14 tahun, tapi itu tidak berhasil selamat, penyebabnya karena patah hati dengan pacar," kata Faried.
Wakil Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Gunung Kidul Suhardono menuturkan, pemerintah memiliki tanggungjawab terhadap masih tingginya fenomena bunuh diri di Gunung Kidul yang terus mewarnai sepanjang tahun hingga saat ini. Terutama melakukan aksi jemput bola dan turun ke masyarakat guna mengetahui mana warga lanjut usia yang masih menderita sakit dan perlu mendapat perawatan.
"Dalam masyarakat masih berkembang pemahaman sempit, bahwa sakit yang tk kunjung sembuh itu aib dan beban keluarga, jadi jalan cepatnya dengan bunuh diri," kata dia.
PRIBADI WICAKSONO
Berita Lain:
Tunda Budi Jokowi Atasi Desakan Kubu Megawati
Budi Gunawan Tinggalkan Istana Tanpa Senyum
PDIP Ngotot Budi Gunawan Dilantik, Jokowi Repot