TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan Premium dijual lebih murah di luar Jawa dan Bali. Menurut Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi IGN Wiratmaja, Pertamina yang bertugas menjual Premium dengan penugasan khusus itu diminta mengambil margin atau untung sedikit. (Baca: Harga Premium di Jawa Rp 6.700, Bukan Rp 6.600)
Kebijakan itu diambil karena wilayah luar Jawa-Bali dinilai belum terlalu berkembang dibandingkan Jawa-Bali. "Harganya dikasih khusus supaya wilayahnya berkembang dan penghasilan warga meningkat," kata Wiratmaja saat dihubungi, Sabtu, 17 Januari 2015. (Baca: Harga Premium Akan Dipatok Maksimal Rp 9.500)
Kendati lebih murah, kata Wiratmaja, Premium di luar Jawa-Bali tetap tak mendapat subsidi. Namun harga jual Premium di luar Jawa-Bali disebut sudah menguntungkan Pertamina. "Ada margin walau tak besar. Biaya distribusi dan stok juga sudah masuk hitungan," kata Wiratmaja.
Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan harga baru Premium sebesar Rp 6.600 per liter mulai berlaku pada Senin, 19 Januari 2015, sejak pukul 00.00 waktu setempat. Namun harga Premium itu hanya berlaku untuk luar Pulau Jawa dan Bali. Sedangkan untuk Jawa, Premium dijual seharga Rp 6.700 dan Rp 7.000 per liter.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak, Premium di luar Jawa-Bali merupakan jenis BBM khusus penugasan. Sedangkan Premium yang dijual di Jawa dan Bali merupakan jenis BBM umum. Keduanya sudah tak mendapat subsidi lagi tapi harga jualnya tetap dibedakan. Hanya, BBM jenis solar dan minyak tanah yang masih mendapat subsidi dari pemerintah.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan harga Premium di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, misalnya, akan turun menjadi Rp 6.600 per liter. Sedangkan di Jawa Timur harganya turun menjadi Rp 6.700 per liter. "Di Bali menjadi Rp 7.000 per liter. Perbedaan harga itu akibat pengenaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor di tiap daerah yang berbeda," kata Dwi.
KHAIRUL ANAM | ARTIKA RACHMI FARMITA
Terpopuler
Jokowi Tunda Budi Gunawan, Ini Drama di Istana
Badrodin Haiti Diangkat jadi Kapolri, Ini Kata KPK
Kompolnas Minta KPK Usut Rekening Gendut Badrodin
Jokowi Jasmerah, 'Jangan Sampai Mega Marah'