TEMPO.CO, Jakarta - Jari lentik gadis berdarah Inggris-Jawa itu sibuk membereskan botol air mineral yang terserak di pelataran Galeri Hadiprana di Kemang Raya, Jakarta Selatan, Rabu pekan lalu, 13 Januari 2015. Angela Jelita Richardson, nama si gadis, punya kesan buruk terhadap sampah botol mineral di jalanan.
Saat menggelar Clean Up Jakarta Day beberapa bulan lalu, ia banyak menemukan botol air mineral yang berisi air kencing yang dibuang sembarangan. Padahal daerah yang dibersihkannya adalah kawasan Sudirman-Thamrin, daerah elite. “Itu terjadi karena tidak tersedianya toilet umum di jalan. Biasanya lelaki melakukan kebiasaan ini. Mereka pee (kencing) di dalam botol air mineral, lalu membuangnya sembarang,” ujar Angela.
Bagi perempuan kelahiran London 32 tahun silam itu, sampah tidak harus dipandang sebagai benda yang menjijikkan. Menurut dia, perilaku orang dalam memperlakukan sampah harus dibenahi. Dia menyatakan sering melihat warga Jakarta yang bermobil melempar sampahnya begitu saja ke jalan. “Mereka seharusnya memikirkan bagaimana dampak selanjutnya, seperti penyakit yang dapat ditimbulkan dari sampah itu,” katanya.
Angel lantas memikirkan cara menyadarkan masyarakat sekaligus membersihkan Jakarta. Maka terciptalah Clean Up Day Jakarta, gerakan gotong royong membersihkan sampah di Jakarta, yang sudah berlangsung dua tahun berturut-turut sejak 2013.
Dia mulai menyebarkan gagasannya melalui media sosial, jaringan pertemanan antar-sesama ekspatriat, hingga menemui orang dari pintu ke pintu.
Melalui tempat kerjanya, majalah Indonesia Expat, Angela kemudian mengajak ribuan ekspatriat dan bahkan beberapa pucuk pimpinan perusahaan asing untuk turun ke jalan membersihkan sampah dan memberi dukungan dana. Dia juga melibatkan sejumlah komunitas bersih-bersih di Jakarta dalam kegiatan Clean Up Jakarta Day, seperti Bersih Nyok dan Komunitas Ciliwung. Walhasil, dalam Clean Up Jakarta Day pertama pada Oktober 2013, sekitar 5.000 relawan bergotong royong membersihkan Jakarta dan pada Oktober tahun lalu jumlah sama juga tercapai.
CHETA NILAWATY
Berita lainnya:
Drone, Seperti Burung Dara yang Bisa Kembali