TEMPO.CO, Jakarta - Investigator dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi, Nurcahyo Utomo, membantah rekaman dari cockpit voice recorder (CVR) pesawat Air Asia QZ8501 memperdengarkan suara pilot berteriak "Allahu Akbar" sebelum jatuh, seperti yang banyak diberitakan belakangan ini. "Itu bukan dari QZ8501," kata Nurcahyo melalui pesan pendek, Selasa, 20 Januari 2015.
Teriakan "Allahu Akbar", menurut Nurcahyo, berasal dari rekaman pesawat lain yang jatuh di Indonesia. "Itu yang dulu-dulu, biasanya begitu," ujarnya.
Nurcahyo enggan menimbulkan spekulasi apa yang dikatakan pilot Air Asia QZ8501 sebelum jatuh. "Transkrip rekaman tak boleh dipublikasikan menurut undang-undang," tuturnya.
Dia mengatakan transkrip rekaman pembicaraan pilot pesawat Air Asia QZ8501 belum selesai. KNKT masih memproses CVR dan flight data recorder (FDR) yang ada di dalam kotak hitam atau black box. CVR Air Asia QZ8501 dibawa ke markas KNKT sejak 13 Januari 2015, menyusul FDR yang dibawa sehari sebelumnya.
Paket CVR dan FDR, menurut investigator lain, Ony Soeryo Wibowo, bisa menjawab apakah pesawat Air Asia QZ8501 masuk ke awan cumulonimbus atau tidak sebelum jatuh di Selat Karimata pada akhir 2014. Alat perekam itu juga bisa menjawab bagaimana respons pesawat jika masuk ke awan tersebut.
"Lebih dari 90 persen bisa diketahui," kata Ony. Beberapa data lain yang terekam adalah kecepatan saat jatuh, sudut jatuh, menukik atau sempak gliding, dan berbelok sejauh mana.
CVR bisa menyimpan data percakapan selama pesawat berkode PK-AXC itu terbang. Bahkan, menurut Ony, jika pilot memperingatkan penumpang sebelum kecelakaan, itu juga bakal terekam.
Sejumlah media asing ramai memberitakan beredarnya transkrip rekaman pembicaraan pilot pesawat tersebut sebelum jatuh. Daily Mail menyebutkan, pilot mengucapkan “Allahu Akbar” saat kecelakaan berlangsung.
MUHAMAD RIZKI | DAILY MAIL
Terpopuler
Mahasiswi Berutang Rp 1 Miliar Dikenal Tertutup
Tolak Tawaran Jokowi, Sutarman Pilih Bertani
Tony Abbot Kirim Surat, Apa Reaksi Jokowi?