TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan sopir mikrolet di Kota Malang mogok massal menolak rencana Wali Kota Malang Mochamad Anton meluncurkan bus sekolah. Mereka memarkir kendaraan di depan Balai Kota Malang. Dampaknya, arus lalu lintas di pusat kota macet total.
"Aksi mogok ini spontanitas," kata ketua paguyuban pengemudi mikrolet rute Landungsari-Gadang, Achmad Chodar, Rabu, 21 Januari 2015.
Para sopir mikrolet lintas jalur, kata dia, mendadak mengajak mogok. Aksi tersebut dilakukan tanpa perencanaan yang matang. Para sopir mogok demi solidaritas.
Sopir yang mogok menghadang sopir lain. Sopir itu lalu menurunkan penumpangnya dan ikut mogok di depan Balai Kota Malang. "Saya ikut saja mendukung menolak bus sekolah," kata salah seorang sopir.
Para sopir meminta Wali Kota Malang meninjau ulang pengadaan bus sekolah. Alasannya operasionalisasi bus sekolah bakal menyebabkan penghasilan sopir merosot. Sebab, penumpang terbanyak mikrolet merupakan pelajar.
Pemogokan ini kemudian dibubarkan kepolisian. Kepala Kepolisian Resor Malang Kota Akun Komisaris Besar Singgamata turun langsung menemui para sopir mikrolet.
"Ayo, kembali bekerja. Kasihan penumpang tak ada angkot yang beroperasi," kata Singgamata kepada mereka. Singgamata menyalami para sopir mikrolet dan membujuk mereka agar mau kembali bekerja. Namun bujukan itu tak berhasil. Mereka menuntut pertemuan dengan Wali Kota.
Sejak awal Januari 2015, bus sekolah dioperasikan Pemerintah Kota Malang. Lima bus dengan kapasitas 30 penumpang tiap bus setiap hari beroperasi mengangkut para pelajar. Bus sekolah ini disediakan secara cuma-cuma. Dana pengadaan bus ini berasal dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Malang.
EKO WIDIANTO
Berita Lain
Townsend Cetak Gol Tunggal Kemenangan Spurs
Hasil Pertandingan Sepak Bola Kamis Dinihari
Fiorentina Lolos ke Perempat Final Coppa Italia
Persija Gagal Lolos, Rahmad Lihat Sisi Positif