TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, mengajak perusahaan swasta pengembang properti berinvestasi dalam pembangunan moda transportasi light rail transit (LRT).
Cara ini dipilih setelah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta menolak usulan anggaran Rp 200 miliar untuk membangun LRT dalam rancangan APBD 2015. "Kami minta mereka (swasta) yang membangun LRT," kata Ahok di Balai Kota, Kamis, 22 Januari 2015.
Ahok sudah mengundang para direksi pengembang properti guna membahas permintaan tersebut. Peserta pertemuan yang hadir di antaranya berasal dari Sedayu Group, Agung Podomoro Land, JIExpo, Summarecon, Panin Group, Lippo Group, dan Intiland.
Ahok berujar kesediaan para pengembang untuk berinvestasi akan ditukar dengan izin peningkatan koefisien luas bangunan pada properti mereka sebagai kompensasi. Pengembang diizinkan menambah jumlah lantai bangunan sambil membangun infrastruktur penunjang LRT.
Secara bersamaan, para perusahaan yang berminat berinvestasi akan mengajukan dokumen perencanaan teknis pembangunan. Skemanya dimulai dari pembangunan rel yang bersinggungan dengan lokasi gedung mereka dari titik rute yang telah ditentukan oleh Pemprov hingga jarak yang mereka sanggupi. Dokumen ini akan dibahas oleh tim bentukan Pemerintah DKI.
Ahok menamakan sistem ini sebagai sistem 'keroyokan'. Sebab, ia berujar moda ini akan digunakan sebagai salah satu andalan saat Asian Games dihelat pada 2018 mendatang. Dari tujuh koridor yang direncanakan, Pemerintah mendahulukan pembangunan dua koridor, Kelapa Gading-Kebayoran Lama dan Bandara Soekarno Hatta-Kemayoran, dalam kurun tiga tahun. "Kami kejar untuk Asian Games," ujar dia.
Pada kesempatan yang berbeda, Deputi Gubernur Bidang Industri, Perdagangan, dan Transportasi Sutanto Soehodho memaparkan total panjang jarak kedua koridor sekitar 50 kilometer. Sedangkan nilai investasi per kilometer mencapai Rp 500 miliar dengan total Rp 25 triliun. "Masih hitungan kasar," kata dia.
Sutanto menjelaskan, keunggulan LRT dibandingkan moda transportasi lain yakni proyek ini tak memerlukan pembebasan lahan. Proyek LRT dibangun pada rel layang yang menempel pada bangunan atau gedung. Selain itu, moda yang berbasis rel ringan itu mampu berbelok dengan manuver yang lebih tajam. "Semua keunggulan ini penting," ujar Sutanto.
LINDA HAIRANI
Topik terhangat:
Budi Gunawan | Bambang Widjojanto | Tabrakan Pondok Indah | AirAsia | Eksekusi Mati
Berita terpopuler lainnya:
Terkuak, Alasan Ali Turun Sebelum Tabrakan Maut
Gaji Lurah di Jakarta Rp 33 Juta, Ini Rinciannya
Ini Isi Surat Vokalis Napalm Death untuk Jokowi