TEMPO.CO, Banyuwangi - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Wiji Lestariono mengatakan wabah demam berdarah di daerahnya belum masuk kategori kejadian luar biasa (KLB). Keterangan itu berbeda dengan penjelasan yang disampaikan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang menyebutkan status KLB demam berdarah telah ditetapkan terhadap sebelas daerah di provinsi itu, termasuk Banyuwangi. (Baca: Dana Kurang, Jombang Tolak Status KLB)
"Ada peningkatan (jumlah penderita demam berdarah), tapi belum KLB," kata Wiji ketika dimintai klarifikasinya, Senin, 26 Januari 2015. Meski belum mendapat status KLB demam berdarah, Wiji menambahkan, Kabupaten Banyuwangi tetap meningkatkan kewaspadaan agar angka kasus demam berdarah dengue tidak terus meningkat.
Kepala Bidang Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Waluyo menambahkan, sepanjang Januari-Desember 2014, penderita DBD berjumlah 465 dengan 1 pasien meninggal. Kasus terbanyak terjadi pada Desember 2014, yakni 60.
Kemudian, pada periode 1-23 Januari 2015, jumlah kasus meningkat menjadi 83. Waluyo melanjutkan, satu anak yang menderita demam berdarah meninggal saat dirawat di Puskesmas Gitik, Rogojampi, pada 22 Januari 2015. "Pasien tersebut meninggal karena mengalami komplikasi dengan TBC," kata Waluyo. (Baca berita sebelumnya: Jawa Timur Alami Peak Season Demam Berdarah)
Menurut Waluyo, kasus demam berdarah terbanyak ada di Puskesmas Sambirejo, Gitik, Grajagan, dan Benculuk. Dinas Kesehatan akan menetapkan KLB apabila jumlah kasus pada Januari mencapai 120 atau dua kali lipat dibanding Desember lalu.
Untuk mencegah peningkatan jumlah kasus, Dinas Kesehatan meminta 45 puskesmas mengajak warga aktif memantau jentik nyamuk secara berkala. Dinas Kesehatan juga memastikan bahan fogging dan bubuk abate cukup bagi warga.
IKA NINGTYAS
Terpopuler
KPK-Polri, Samad: Apa yang Jamin Saya Selamat...?
Jagoan Hukum ke Istana, Jokowi Bikin Tim Khusus
Ini Alasan Moeldoko Mengirim TNI Menjaga KPK
Jokowi Bikin Tim, Ada 7 Keanehan Kasus Bambang KPK