TEMPO.CO, Malang - Korban pesawat Air Asia QZ8501 asal Malang, Jawa Timur, Djarot Biantoro, sempat menyatakan penerbangannya ke Singapura pada Ahad, 28 Desember 2014, adalah yang terakhir untuk tujuan berobat. Pria 56 tahun itu memang tengah menjalani pengobatan mata dengan bolak-balik Malang-Singapura.
"Djarot menyampaikan, ke Singapura itu yang terakhir dan akan berobat ke Surabaya. Lebih dekat," kata keponakan korban, In In Ratnawati, 38 tahun, Selasa, 27 Januari 2015. (Baca:Sebulan, 70 Korban Air Asia yang Ditemukan)
Pengusaha kayu itu, kata In In, rutin berobat mata di Singapura setiap tahun. Pada akhir Desember lalu Djarot terbang ditemani Ernawati, 56 tahun, istrinya, dan anak keduanya, Kevin Biantoro, 17 tahun.
Jenazah Kevin teridentifikasi 9 Januari 2015 dan telah diperabukan di pemakaman Sentong Lawang, Kabupaten Malang. Sedangkan jenazah Ernawati belum ditemukan. (Baca juga:Jenazah Pramugari Air Asia Tiba di Bandung)
Jenazah Djarot disemayamkan di rumah persemayaman Gotong Royong, Malang, pada Selasa, 27 Januari 2015, setelah diterima pada malam sebelumnya. Tim Disaster Victim Identification Kepolisian Daerah Jawa Timur mengidentifikasi jenazah Djarot lewat obat tetes mata di saku celana. Djarot juga teridentifikasi dari tato bergambar mawar di lengan kanan dan foto rontgen giginya. (Baca: Tato Mawar Identifikasi Korban ke-54 Air Asia)
Data yang dipegang Tim DVI Polda Jawa Timur mengatakan Djarot menggunakan gigi palsu. Sedianya jenazah Djarot akan diperabukan di pemakaman yang sama dengan anaknya bersama kalung dan jam tangan Rolex yang ditemukan masih menempel di jasadnya.
EKO WIDIANTO
Terpopuler
Diminta Jokowi Mundur, Budi Gunawan Menolak
Anak Raja Abdullah Ini Ungkap Kekejaman Ayahnya
Biarkan Mbah Ronggo, Jokowi: Ini Cara Bantu KPK
Politikus PDIP: Jokowi Bisa 'Game Over'