Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Terungkap! Misteri Kehancuran Pulau Paskah

image-gnews
Menunggu terbitnya matahari sambil minum kopi di Anambas Resort, Pulau Siantan, Kepulauan Riau. Kepulauan Anambas  merupakan tempat ditenggelamkan tiga kapal asing pencuri ikan di wilayah laut Indonesia. Tempo/Rully Kesuma
Menunggu terbitnya matahari sambil minum kopi di Anambas Resort, Pulau Siantan, Kepulauan Riau. Kepulauan Anambas merupakan tempat ditenggelamkan tiga kapal asing pencuri ikan di wilayah laut Indonesia. Tempo/Rully Kesuma
Iklan

TEMPO.COCalifornia – Jauh sebelum bangsa Eropa tiba di Pulau Paskah pada 1722, budaya Polinesia asli yang dikenal sebagai Rapa Nui telah menunjukkan tanda-tanda penurunan demografi. Penyebab proses degradasi tersebut juga telah lama diperdebatkan.

Beberapa kalangan ilmuwan percaya bahwa degradasi demografi di Pulau Paskah terjadi karena revolusi politik kolonial Eropa. Di lain pihak, beberapa akademikus percaya masyarakat Polinesia terserang wabah penyakit. Mana yang benar?

Studi terbaru dari kelompok peneliti internasional yang dipimpin oleh ilmuwan dari University of California, Santa Barbara, mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Oliver Chadwick, pemimpin penelitian, mengatakan penelitian ini dimulai dari kerangka kronologis Pulau Paskah.

“Setelah melakukan penelusuran, kami percaya bahwa demografi Pulau Paskah hancur karena perilaku masyarakatnya sendiri,” kata Chadwick, pakar geografi dan studi lingkungan di UC Santa Barbara, seperti dikutip dari Sciencedaily, Rabu, 28 Januari 2015. Temuannya diterbitkan dalam jurnal Proceeding National Academy of Sciences.

Sebelum memulai penelusurannya, Chadwick mengira kehancuran di Pulau Paskah terjadi saat Eropa datang. Namun dia menemukan fakta lain di lapangan. “Ada beberapa komunitas yang meninggalkan pulau dan sejumlah kelompok lain tak menjaga lahan pertanian mereka.”

Chadwick menelusuri sejarah demografi Pulau Paskah ini bersama dua pakar lain. Yakni pakar arkeologi dari Virginia Commonwealth University, Christopher Stevenson; dan anggota Departemen Arkeologi University of California Davis, Cedric Puleston.

Ketiganya menelusuri beberapa lokasi pertanian yang juga digunakan penduduk untuk membangun tempat tinggal mereka. Penelitian ini difokuskan pada iklim, kandungan senyawa kimia tanah, dan penggunaan lahan yang ditentukan oleh analisis obsidian. Selain itu, tim peneliti ini mengukur jumlah air yang menembus permukaan obsidian dan menentukan umur lahan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Chadwick, lokasi penelitian mencerminkan keanekaragaman lingkungan pulau yang memiliki luas 101.4 kilometer persegi itu. Pulau ini termasuk dalam daftar Kepulauan Hawaii Muda, yang pada 1200 sebelum Masehi dihuni oleh orang Polinesia.

Lokasi pertama berada di pantai, tepat di bawah bayang-bayang gunung api. Lokasi ini memiliki curah hujan rendah dan mengandung unsur hara tanah yang relatif tinggi. Lokasi kedua berada di gunung berapi, yang memiliki curah hujan tinggi tapi kandungan nutrisi pada tanahnya rendah. Lokasi ketiga ialah pantai yang berada di timur laut, yang memiliki curah hujan tinggi dan nutrisi tanah yang tinggi.

Kondisi ketiga lokasi tersebut, menurut Chadwick, menggambarkan kondisi Pulau Paskah sebelum bangsa Eropa datang. Tanah beberapa lokasi, kata dia, dapat menghasilkan makanan yang baik untuk dikonsumsi. Hanya, dia menjelaskan, masyarakat Polinesia di Paskah tak dapat mempertahankan hal tersebut.

SCIENCEDAILY | AMRI MAHBUB

Berita lainnya:
Selalu Bilang Next, Ceu Popong Tegur Menteri Anies  
KPK Rontok, Giliran Yusuf PPATK 'Diteror' DPR  
'Jokowi, Dengarkan Kesaksian Ratna Mutiara'  
Kasihan Jokowi: KPK Habis, Polisi-Jaksa Disetir..

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

10 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

Apa itu QS World University Rankings (WUR) yang menobatkan UGM meraih 25 bidang ilmu dalam pemeringkatan ini?


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

29 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

30 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

Topik tentang pencabutan artikel Gunung Padang bisa mencoreng nama penulis dan reviewer menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

34 hari lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

Tim peneliti situs Gunung Padang akan mengirimkan penelitian yang dicabut Willey Online Library ke jurnal lagi, namun dalam bentuk berbeda.


Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

34 hari lalu

Situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur. TEMPO/DEDEN ABDUL AZIZ
Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.


Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

35 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

Wiley Online Library mengumumkan mencabut publikasi artikel ilmiah berisi hasil penelitian situs megalitik Gunung Padang di Cianjur dari jurnalnya.


Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

52 hari lalu

Batu berlapis yang ditemukan di Desa Kampung Melayu, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong. ANTARA/HO-Diskominfo Rejang Lebong
Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

Tim peneliti UI bergabung dengan peneliti dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung


Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

6 Februari 2024

Pengunjung melihat koleksi museum di Museum Almoudi, Mekkah, Arab Saudi, Jumat 28 Oktober 2022. Museum tersebut berisikan berbagai properti peradaban dan perlengkapan hidup sehari- hari masyarakat Arab di zaman dulu. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

Di antara temuan arkeologi itu adalah artefak-artefak dari Masjid Usman bin Affan pada abad ke 7 hingga ke 8 sebelum masehi


Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

28 Desember 2023

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

Program double degree ini membuka pintu bagi mahasiswa di kedua belah pihak untuk memperdalam pemahaman mereka dalam bidang arkeologi.


6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

21 November 2023

Kompleks Candi Batujaya di Karawang ditetapkan jadi Cagar Budaya Nasional. TEMPO | Hisyam Luthfiana
6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

Situs Candi Batujaya Karawang memiliki berbagai hal unik untuk digali, begini fakta-faktanya.