TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Semen Indonesia Widodo Santoso mengaku kecewa dengan kebijakan Presiden Joko Widoo menurunkan harga semen Rp 3.000 per sak. Menurut dia, penurunan harga ini akan menyebabkan pendapatan industri semen berkurang 5 persen. "Kami agak kecewa dengan itu," katanya saat bertemu dengan Dewan Energi Nasional di kantor Kementerian Perindustrian, Rabu, 28 Januari 2015,
Menurut Widodo, industri semen terpaksa melakukan efisiensi. Caranya dengan menggenjot pemakaian batu bara yang harganya kebetulan tengah menurun. Namun, kata dia, kontribusi pemakaian batu bara terhadap efisiensi hanya 1,25 persen. Pabrik semen kini tengah mencari cara untuk memangkas biaya 3,75 persen. "Salah satunya dengan penurunan harga listrik," ujar Widodo. (Baca: Jokowi Turunkan Harga Semen, Pertama dalam Sejarah)
Widodo mengatakan, pada 2014, PT Perusahaan Listrik Negara menaikkan tarif dasar listrik industri 65 persen menjadi Rp 1.200 per kilowatt-jam (kWh). Padahal, kata dia, harga batu bara yang menjadi sumber energi pembangkit listrik PLN tengah menurun. Karena itu, Widodo meminta pemerintah dan PLN menurunkan tarif listrik. "Jangan cuma harga semen yang disuruh turun," ujarnya. Asosiasi Semen Indonesia berharap harga listrik untuk industri golongan I3 dan I4 bisa turun menjadi Rp 900 per kWh.
Presiden Joko Widodo menurunkan harga jual semen produksi badan usaha milik negara hingga Rp 3.000 per sak. Harga ini berlaku sejak 19 Januari 2015 bersamaan dengan penurunan harga bahan bakar bersubsidi. (Baca juga: Harga Semen Turun, Harga Rumah juga Turun)
AMIRULLAH
Berita Terpopuler:
Selalu Bilang Next, Ceu Popong Tegur Menteri Anies
KPK Rontok, Giliran Yusuf PPATK 'Diteror' DPR
'Jokowi, Dengarkan Kesaksian Ratna Mutiara'