TEMPO.CO, Malang - Keluarga korban kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 menyatakan memahami penghentian sementara operasi pencarian korban mulai hari ini, 29 Januari 2015, atau hari ke-33, sebelum pencarian benar-benar dihentikan pekan depan. Mereka menyatakan pasrah. (Baca berita sebelumnya: Waktu Pencarian Korban Air Asia Bisa Ditambah Berdasarkan Permintaan)
In In Ratnawati, 38 tahun, keponakan Djarot Biantoro, salah satu korban Air Asia, menyatakan hal tersebut. Dia mengatakan seluruh kerabatnya sebenarnya tidak rela jika jenazah keluarga mereka belum ditemukan. Namun mereka juga memahami risiko tim pencari. "Faktor keselamatan juga harus diperhatikan," katanya, Rabu, 28 Januari 2015.
Djarot menumpang QZ8501 ke Singapura bersama istrinya, Ernawati, 56 tahun, dan anaknya, Kevin Biantoro, 17 tahun. Jenazah Djarot telah ditemukan dan kini disemayamkan di rumah persemayaman Gotong Royong, Malang. Sedangkan jasad Ernawati dan Kevin belum ditemukan. (Baca: Nelayan Majene Temukan Mayat ke-2 Diduga Korban Air Asia)
In In bersama kerabat lain berharap jenazah keduanya ada di antara sejumlah jenazah yang telah ditemukan namun belum teridentifikasi. Sejumlah jenazah belum berhasil diidentifikasi dan masih disimpan di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya. Sejumlah data pendukung, seperti DNA dan info ciri-ciri fisik, menjadi sumber untuk identifikasi.
Jenazah Djarot yang disimpan dalam peti berkode B 66 teridentifikasi dari obat tetes mata di saku celananya. Juga dari tato bergambar mawar di lengan kanan dan foto rontgen gigi. Djarot menggunakan gigi palsu. Jasad Djarot ditemukan di kursi pesawat dengan sabuk pengaman masih terikat.
EKO WIDIANTO
Terpopuler
'Jokowi, Dengarkan Kesaksian Ratna Mutiara'
Sebelum Diserang, KPK Bongkar Kasus Raksasa Ini
Kasihan Jokowi: KPK Habis, Polisi-Jaksa Disetir...
Kasihan Jokowi: Tiga Alasan KPK Dirontokkan