TEMPO.CO, Washington – Meskipun sejumlah negara telah melegalisasi ganja, baik untuk alasan medis dan hiburan, sekelompok dokter di Amerika Serikat menentang legalisasi tersebut. Alasannya, daun yang sering disebut daun “surga” tersebut dapat membahayakan anak-anak. (Baca: Uruguay Bersiap Legalkan Ganja)
Beberapa negara bagian di Amerika yang sudah melegalkan ganja antara lain Washington, Colorado, Oregon, Alaska, dan Columbia. Meski ada batasan umur, tapi sekelompok dokter dari American Academy of Pediatrics Committee on Substance Abuse khawatir akses tersebut membuka celah untuk remaja dan anak-anak.
“Para remaja dapat terbujuk untuk membeli melalui orang yang lebih dewasa,” kata Seth D. Ammerman, anggot komite, seperti dikutip dari Livescience, Rabu, 28 Januari 2015. Pernyataannya ini juga dimuat dalam situs American Academy of Pediatrics, kemarin.
Karena itu, para anggota Komite mendesak pemerintah untuk melakukan studi mengenai dampak ganja terhadap remaja. “Juga membuat dasar hukum yang kuat,” ujar dia. Menurut dia, ganja hanya boleh dijual kepada orang berumur di atas 21 tahun.
Komite juga menentang penggunaan ganja untuk keperluan medis, kecuali untuk bahan dasar obat yang disetujui Food and Drug Administration. Sementara ini ada dua obat yang mengandung cannabinoids sintesis yang disetujui FDA. (Baca: Sejarah Ganja: dari Obat hingga Anomali Sejarah)
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa cannabinoids dapat meringankan beberapa penyakit orang dewasa. “Tapi tidak untuk anak-anak dan remaja,” ujar Ammerman. Sehingga, kata dia, penelitian dampak ganja terhadap anak-anak harus dilakukan.
Selama ini, Ammerman mengatakan, penggunaan ganja pada kalangan remaja selalu diasosiakan negatif. Salah satunya, gangguan memori jangka pendek dan tingkat konsentrasi yang menurun. (Baca: Riset: Asap Ganja Merusak Pembuluh Darah)
Dia mengatakan, penggunaan ganja juga dapat mengganggu sistem kontrol tubuh. Karena itu, penggunaan ganja saat mengemudi akan berimbas pada hilangnya konsentrasi. “Lebih buruk lagi bisa menyebabkan kecelakaan.”
LIVESCIENCE | AMERICAN ACADEMY OF PERDIATRICS | AMRI MAHBUB
Berita lainnya: