TEMPO.CO, Paris - Sebuah buku yang ditulis filsuf Prancis, Voltaire, pada 1763 tentang bahaya fanatisme agama masuk daftar buku terlaris Prancis. Lonjakan penjualan terjadi hanya beberapa pekan seusai serangan ekstremis ke kantor redaksi majalah satire Charlie Hebdo dan toko grosir di Paris yang menewaskan 17 orang.
Buku berjudul Treatise on Tolerance (Risalah Toleransi) itu memuat pemikiran Voltaire bahwa bagi sebagian besar orang, agama adalah masalah dunia. (Baca: Komik Nabi, Prancis Tutup Kedutaan di 20 Negara )
Saat Treatise on Tolerance ditulis, konflik sengit antara penganut Kristen Protestan dan Katolik di Prancis perlahan-lahan mereda. Sekitar 25 tahun setelah buku itu ditulis, kaum Protestan akhirnya mendapatkan hak yang sama sebagai warga negara Prancis.
Sekarang, atau 250 tahun kemudian, buku itu masuk daftar buku terlaris di Gibert Joseph, FNAC, dan Amazon. "Ya, ada sesuatu yang pasti terjadi. Kami telah menjual 120.000 eksemplar dan kami telah memutuskan mencetak edisi baru," kata juru bicara penerbit Prancis, Gallimard, kepada koran Le Figaro. (Baca: Charlie Hebdo Diserang, Ini Kesaksian Warga Paris )
Lonjakan penjualan terjadi setelah dua orang bersenjata menyerbu kantor redaksi Charlie Hebdo di Paris pada 7 Januari 2015 dan menewaskan 12 anggota staf, termasuk editor Stephane Charbonnier. Adapun serangan di toko grosir milik warga Yahudi memakan lima korban jiwa.
RUSSIAN TIMES | WINONA AMANDA
Baca juga:
Terkuak, Siapa yang Menerbangkan AirAsia Maut
DVI AirAsia Teliti 2 Mayat Temuan Nelayan Majene
Mayat Diduga Korban AirAsia Ditemukan di Majene
Astronom Inggris Temukan Replika Tata Surya