TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Prancis menginterogasi Ahmed, bocah berusia 8 tahun, karena membela pelaku penembakan di majalah mingguan satire Charlie Hebdo pada 7 Januari 2015. Peristiwa ini bermula saat Ahmed menolak ikut dalam aksi hening selama satu menit di sekolahnya untuk mengenang rentetan teror yang menewaskan 17 orang di Paris itu.
Melihat sikap Ahmed, sekolah merasa khawatir. Mereka melaporkan hal ini ke kepolisian. (Baca: Trauma Charlie Hebdo Mengambang di Atas Paris)
"Kepala sekolah memutuskan untuk melaporkan kepada polisi apa yang terjadi. Kami menanyakan kepada anak itu dan ayahnya untuk mencoba mengerti bagaimana seorang anak 8 tahun bisa memiliki pemikiran radikal seperti itu," kata Kepala Keamanan Publik Kota Nice, Prancis, Marcel Authier. Namun Authier menyatakan Ahmed tak mengerti apa yang dikatakannya. (Baca: Arab Saudi Menggugat Charlie Hebdo)
Ihwal tanggapan terhadap penyerangan di kantor Charlie Hebdo, Ahmed melontarkan jawaban yang cukup mengejutkan. "Ia menjawab, 'Saya berada di pihak teroris karena saya menentang karikatur nabi’,” ujar pengacara Ahmed, Sefen Guez Guez, kepada televisi Prancis, BFMTV seperti dikutip RT. (Baca: Protes Charlie Hebdo, Nigeria Rusuh 5 Orang Tewas)
Namun, ketika ditanya mengenai terorisme, Ahmed mengaku tidak tahu. Guez membela Ahmed dengan menyatakan bahwa ia tak seharusnya ditahan atas kasus ini.
Melalui sebuah kicauan dari akun Twitter pribadinya, Guez juga meluruskan beberapa hal. "Anak ini membantah mengatakan, 'Mati untuk Perancis.' Ia hanya mengaku mengatakan, 'Saya di pihak teroris'," kata Guez.
Organisasi Collective Against Islamophobia in France (CCIF) juga ikut berkomentar. "Ini menunjukkan histeria kolektif yang telah melingkupi Prancis sejak awal Januari," demikian bunyi pernyataan CCIF.
CNN | WINONA AMANDA
Terpopuler
Gara-gara Ini, Akbar Tandjung Tinggalkan Ical
Politikus PDIP Sebut Ada 3 Brutus di Ring-1 Jokowi
Koalisi Merah Putih Prabowo Siap Dukung Jokowi
Dekati Prabowo, Jurus Politik Jokowi Tepuk 2 Lalat