TEMPO.CO, Jakarta - Pekan lalu sejumlah korban dan puing pesawat AirAsia QZ8501 di temukan di sejumlah titik di Selat Makassar. Ada yang ditemukan di perairan Majene, Pare-pare, hingga Mamuju Tengah, Sulawesi Barat. Lokasi penemuan itu jauh dari tempat jatuhnya pesawat pada 28 Desember lalu, yakni di perairan Tanjung Pandan, Selat Karimata.
Ternyata penyebabnya adalah Arlindo. Arlindo bahkan bisa membawa puing AirAsia QZ8501 hingga jauh ke Samudera Hindia. Mengapa, lihat Puing AirAsia QZ8501 Bisa Pergi ke Samudera Hindia.
Arlindo-- kependekan dari Arus Lintas Indonesia--adalah aliran massa air antar samudera yang melewari perairan Indonesia. Boleh dibilang, Indonesia adalah pipa air yang menghubungkan Samudera Pasifik di utara dengan Samudera Hindia di selatan. Aliran massa air ini terjadi akibat perbedaan tekanan antara kedua samudera. (baca: 6 Jasad Korban Air Asia Ditemukan di Selat Makassar)
Arlindo telah intensif diteliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Fenomena Arlindo sendiri pertama diketahui saat Ekspedisi Snellius di Laut Maluku pada 1929 dan 1930. Para ilmuwan waktu itu menemukan sifat air laut di wilayah itu mirip air laut dari Samudera Pasifik. Setelah Indonesia merdeka, pada 1960, penelitian Arlindo dimulai, dan berlanjut hingga sekarang.
Begini kisah Arlindo terjadi. Di atas Pasifik sepanjang tahun bertiup angin pasat tenggara, yang mendorong massa air Pasifik hingga menumpuk di bagian barat, di dekat Indonesia. Akibatnya, permukaan air di Pasifik bagian barat lebih tinggi dan air ini mengalir ke perairan Indonesia, terus ke Samudera Hindia. Antara Mei-September perbedaan tinggi muka kedua samudera ini mencapai maksimum, yakni 28 sentimeter. Pada Oktober-Maret perbedaan tinggi permukaan kedua samudera kurang dari 10 sentimeter. Tapi, pada Desember-Februari, angin munson barat tengah kencang-kencangnya bertiup dari barat (benua Asia) ke timur (benua Australia).
Ini membuat arus dari laut Cina Selatan bergerak melewati Selat Karimata menuju laut Jawa dan Selat Makassar. Di selat Makassar, air laut ini bertemu air laut dari Samudera Pasifik yang masuk melalui perairan antara Kalimantan-Sulawesi ini.
Karena Arlindo inilah jenazah korban AirAsia dan puingnya ditemukan di Perairan Sulawesi. Kepala Kantor Basarnas Makassar Roki Asikin mengatakan jarak antara lokasi jatuhnya Air Asia di sekitar Tanjung Pandan dengan perairan Majene amat jauh. "Berkisar 950 km atau kurang lebih 550 nautical mile," ujar Kepala KantorBadan SAR Nasional (Basarnas) Makassar, Roki Asikin. (baca: Kenapa Korban Air Asia Terbawa ke Sulawesi?)
TRI YARI KURNIAWAN | SUARDI GATTANG | Tim Tempo
Topik Terkait: AirAsia
Berita Terkait:
AirAsia Jatuh, Prancis Selidiki Dugaan Pembunuhan
Begini Penentuan Ahli Waris Korban Air Asia
18 Temuan KNKT, QZ8501 Hadapi Awan 44 Ribu Kaki
Pencarian AirAsia QZ8501 di Selat Makassar Dibagi 2