Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jagung Bose, Vandana Shiva, dan Energi Terbarukan  

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Aktivis lingkungan, Vandana Shiva. (http://hammer.ucla.edu)
Aktivis lingkungan, Vandana Shiva. (http://hammer.ucla.edu)
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Bulir jagung putih merekat dengan biji kacang tanah, menggumpal dengan kacang hijau dan daging sapi. Sekilas, bulir jagung itu mirip grontol jagung, makanan tradisional khas Jawa. Bedanya, bulir jagung berpadu kacang tanah itu tak diberi campuran parutan kelapa seperti pada grontol. Campurannya pun lebih komplit dengan aneka rasa. Hidangan ini membikin perut terasa lebih cepat kenyang.

Ini adalah jagung bose, makanan tradisional khas Nusa Tenggara Timur. Jagung yang direbus itu disajikan bersama irisan daging sei, daging sapi khas NTT dan ikan laut. "Kami langsung datangkan jagung mentah dari NTT," kata pengolah makanan khas NTT, Nenny Indrastuti di Cafe Prado, Demangan, Yogyakarta, Sabtu malam, 31 Januari 2015. (Baca: Kuliner Sehat Berbahan Pangan Lokal 'Ndeso' )

Makanan ini menjadi menu utama pada acara penggalangan dana untuk Sumba, NTT bertajuk Indonesia Sedap. Selain jagung bose, peserta yang terlibat dalam penggalangan dana mendapat suguhan kuliner kuah asam, rumpu rampe berbahan sayur daun dan bunga pepaya, dan berteman sambal dabu dan sambal jeruk. Ongkos pembelian makanan menjadi donasi untuk penduduk Pulau Sumba.

Prado Cafe yang menggagas Indonesia Sedap, tergabung dalam tim Indonesia Sedap. Ini adalah bagian dari penggalangan dana #POOPower, kegiatan masyarakat dunia mengubah yang terbuang menjadi sumber energi terbarukan. Hivos menjadi penyalur dana yang terkumpul dari rangkaian penggalangan dana #POOPower.

Koordinator penggalangan dana #Poopower, Hermitianta Prasetya Putra, mengatakan setiap keluarga di Pulau Sumba beternak kuda, babi, sapi, dan kerbau. Hewan ternak itu menjadi sumber pangan, kebanggaan, simpanan, dan, untuk kebutuhan peristiwa sakral. (Baca: Balik ke Beras Lokal, Sehat dan Berdaulat)

Sebagian kecil keluarga memanfaatkan kotoran ternak untuk pupuk. Tapi, kebanyakan kotoran ternak belum dimanfaatkan atau hanya ditumpuk di kandang. Padahal kotoran ternak bisa dimanfaatkan untuk biogas. "Semua donasi yang terhimpun dimanfaatkan untuk pengolahan biogas di Sumba," kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain hidangan khas NTT, panitia penggalangan dana juga melelang buku-buku karya pemikir dan aktivis lingkungan dari India, Vandana Shiva. Ada pula buku karya perintis pendidikan alternatif untuk masyarakat terpencil di Indonesia, Butet Manurung.

Buku bertanda tangan Vanda Shiva yang dilelang berjudul Soil Not Oil. Dalam buku itu, Vandana Shiva menghubungkan industri pertanian dengan perubahan iklim . Ia mengkritik industri pertanian yang mengeksploitasi bumi, yang hanya berorientasi pada keuntungan semata. (Baca: Konferensi Perubahan Iklim, Indonesia Bawa 5 Isu )

Eksploitasi bumi merusak lingkungan dan menyebabkan ketidakadilan bagi masyarakat dunia. Bagi Shiva, pertanian berkelanjutan adalah solusi untuk mengatasi perubahan iklim. Inipenting untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan adil.

SHINTA MAHARANI

Baca berita lainnya:
Cerita Ahok: Jokowi Bukan Takut Bu Mega Tapi...
MA: Gugatan Praperadilan Budi Gunawan Sulit

Calon Kapolri Baru, Ini Sinyal Jokowi ke Kompolnas

KPK vs Polri: 3 Momen Kedekatan Jokowi dan Mega

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cerita dari Kampung Arab Kini

3 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

7 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Inilah 3 Profesi yang Diyakini Bill Gates Tak Bisa Digantikan AI

9 hari lalu

Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI. Dok. Shutterstock
Inilah 3 Profesi yang Diyakini Bill Gates Tak Bisa Digantikan AI

Pendiri perusahaan teknologi Microsoft, Bill Gates, mengatakan bahwa ada tiga profesi yang tahan dari AI. Apa saja?


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

43 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

48 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

51 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Ilustrasi badai. Johannes P. Christo
Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.


Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Hujan akibatkan kanopi di Stasiun Tugu Yogyakarta roboh, Kamis, 4 Januari 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.


Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi meletus lagi, mengirim material vulkanik hingga setinggi tiga kilometer di atas puncak gunung itu, Jumat pagi 10 April 2020. Letusan itu adalah yang ketujuh sejak yang pertama Jumat pagi 27 Maret lalu. FOTO/DOK BPPTKG
Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.


Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Ketua Umum Partai PSI Giring Ganesha (kanan) memakaikan jaket partai kepada Ade Armando (kiri), sebagai simbol bergabung partai PSI di kantor DPP partai PSI, Jakarta Pusat, Selasa, 11 April 2023. Ketua Umum partai PSI mengumumkan bergabungnya Ade Armando menjadi kader Partai PSI. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman