TEMPO.CO, JAKARTA - Kepala Bidang Peringatan Dini Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Kukuh Ribudiyanto, mengatakan intensitas petir tinggi akan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. "Khususnya wilayah timur Indonesia," kata Kukuh saat dihubungi, Senin, 2 Febuari 2015.
Dia menyebutkan daerah-daerah tersebut. Di antaranya, Manado, Sulawesi Utara; Ternate, Maluku; bagian timur Nusa Tenggara Timur; dan daerah kepala burung Papua. (Baca: Awas, Hujan Badai Ancam Jakarta)
Selain beberapa daerah tersebut, tingkat intensitas petir tinggi juga terjadi di beberapa daerah di Indonesia bagian barat. Di antararanya, Medan bagian selatan, Sumatera Utara; Tasikmalaya, Jawa Barat; serta Bojonegoro dan Sampang, Jawa Timur. "Awan lokal di beberapa daerah tersebut sedang tinggi," Kukuh menjelaskan.
Awan lokal yang dimaksud Kukuh ialah awan cumulonimbus. Awan ini, kata dia, menghasilkan banyak petir. Proses tersebut dapat terjadi karena perpaduan antara tingkat kelembaban yang tinggi dan angin monson yang lemah.
Sebaliknya, menurut dia, tingkat curah hujan yang tinggi tidak mempengaruhi tingkat intensitas petir. "Petir biasanya terjadi di masa transisi musim hujan dan musim panas," Kukuh menjelaskan. Selain petir, dia mengatakan, awan tersebut menghasilkan angin kencang dan berpotensi puting beliung.
Karena intensitas petir yang tinggi itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, memperingatkan warga Indonesia agar lebih berhati-hati. "Khususnya warga yang tinggal di daerah dengan tingkat intensitas petir tinggi," kata dia, dalam pesan pendek kepada Tempo. (Baca: Dalam Sehari, 3 Tewas dan 5 Luka Tersambar Petir)
Petir sudah memakan korban jiwa sebanyak tiga orang. Dua korban jiwa bernama Dani Ahmad dan Yudit Herdiansyah. Kedua pria berumur 40-an tahun itu merupakan petani asal Kabupaten Tasikmalaya tewas seketika setelah tersambar petir saat berteduh di gubug sawah, Sabtu, 31 Januari 2015.
Sedangkan satu orang lainnya, Mustakin, 50 tahun, merupakan petani asal Bojonegoro tewas tersambar petir saat hendak pulang menuju rumahnya. "Dia pulang sambil membawa cangkul di pundaknya, yang diduga menjadi penyebab tersambar petir," kata Sutopo. (Baca: Nelayan Sumenep Tewas Disambar Petir)
Sutopo mengimbau warga untuk tidak berada di tempat terbuka, seperti lapangan, sawah, dan pantai, saat hujan lebat. Terlebih, kata dia, membawa barang berbahan logam. Benda logam, dia menjelaskan, akan menarik petir karena sifat elektrostatik dalam petir dan benda logam.
AMRI MAHBUB