TEMPO.CO, Tangerang - Pemerintah Kabupaten Tangerang mendesak agar Kementerian Pekerjaan Umum segera memperbaiki ruas jalan nasional, Jalan Raya Serang, yang kini rusak parah. Titik jalan yang rusak parah di Kilometer 18,5 Cikupa itu menyebabkan kemacetan parah. "Dan sangat membahayakan pengguna jalan," ujar Kepala Bidang Perencanaan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tangerang Iwan Firmansyah kepada Tempo, Kamis, 5 Februari 2015.
Apalagi, kata Iwan, kerusakan jalan yang cukup lama tidak kunjung diperbaiki juga merugikan masyarakat pengguna jalan secara ekonomi. "Sudah berbulan-bulan tidak diperbaiki, padahal jalan ini sumbu perekonomian Tangerang dan Banten," katanya.
Iwan mengatakan fisik jalan yang rusak parah sepanjang 500 meter dari Kilometer 18,5 sampai kilometer 19, persis di depan pabrik tekstil Tuntex. Jalan dipenuhi lubang cukup banyak berukuran rata-rata 25-60 sentimeter. "Rusak berat, perlu penanganan darurat," kata Iwan.
Menurut Iwan, pemeliharaan dan perbaikan jalan nasional yang menghubungkan Tangerang dan Serang, Banten, itu merupakan tanggung jawab dan kewenangan Balai Besar Jalan Nasional IV yang kantornya berada di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Menurut Undang-Undang Jalan Nomor 38 Tahun 2004, menurut Iwan, kewenangan perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan jalan nasional merupakan kewenangan Kementerian Pekerjaan Umum walaupun lokasi jalannya berada di Kabupaten Tangerang. "Kami juga segera melayangkan surat agar masalah ini segera ditindaklanjuti," kata Iwan.
Jalan Raya Serang sepanjang 30 kilometer yang melintasi wilayah Kabupaten Tangerang dari Bitung-Jayanti merupakan jalur perekonomian wilayah Banten, khususnya Kota dan Kabupaten Tangerang. Di sepanjang jalan itu berdiri ribuan industri, pasar, pusat niaga, dan bisnis. Jalan ini dilintasi berbagai jenis kendaraan, seperti kontainer, truk, bus, angkutan umum, hingga kendaraan roda dua.
Berdasarkan pantauan Tempo, kerusakan jalan di depan pabrik Tuntex tersebut sangat parah. Jalan nyaris terputus oleh lubang yang dalam dan lebar. Jika hujan, lubang tertutup air dan titik itu mirip seperti kubangan kerbau. Karena banyak kendaraan mengurangi laju kendaraan menjelang jalan rusak itu, kemacetan parah hampir terjadi setiap waktu. "Kami sudah capek dengan kondisi ini, tapi mau lewat mana lagi?" kata Abdullah, 56 tahun, sopir bus.
Dadang, 45 tahun, pengguna jalan lainnya, mengatakan lubang jalan yang parah kerap menjebak kendaraan yang melintas. "Bannya nyangkut, kebanyakan truk dan kontainer," katanya. Jika itu terjadi, kemacetan panjang di ruas jalan itu tak dapat dihindari lagi.
JONIANSYAH