TEMPO.CO, Jakarta - Kembali mencuatnya krisis Yunani membuat dolar melanjutkan penguatan terhadap mayoritas mata uang dunia.
Di transaksi pasar uang hari ini, rupiah melemah tipis 4 poin (0,03 persen) ke level 12.635 per dolar Amerika.
Analis PT Monex Investindo Futures, Faisal, mengatakan gairah pelaku pasar untuk memburu aset-aset di pasar berkembang sirna begitu mencermati perkembangan terbaru dari krisis utang Yunani. Proses negosiasi utang antara bank sentral Eropa (ECB) dengan Yunani kembali menemui jalan buntu setelah ECB menolak surat utang Yunani sebagai jaminan.
"Terkatung-katungnya nasib Yunani membuat risiko investasi meningkat," kata dia.
Menurut Faisal, sistem keuangan Yunani saat ini hanya mampu membiayai anggaran negara selama bulan Februari 2015. Dengan peringkat utang yang sangat buruk (junk) versi Moody's, Yunani sulit untuk menjual obligasi negara sebagai jaminan utang.
Berlarutnya krisis Yunani berpotensi memicu ketidakstabilan ekonomi di zona euro yang nantinya akan berdampak pada nilai tukar euro. Apalagi kondisi ini terjadi menjelang pengucuran stimulus perdana ECB di bulan Maret 2015, ketika banjir likuiditas akan cenderung melemahkan nilai tukar mata uang 17 negara.
Karena itu, proses negosiasi utang Yunani diharapkan selesai secepatnya. "Tidak ada jalan lain, Yunani harus mengikuti kemauan ECB," ujar dia.
Untungnya pelemahan rupiah tidak sebesar mata uang Asia lainnya karena masih diselimuti sentimen positif dari data ekonomi awal bulan. laju inflasi bulan Januari yang tercatat minus 0,24 persen dan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 190 juta di bulan Desember masih menjaga rupiah tidak terjun ke level 12.700 per dolar.
Mata uang Asia cenderung melemah hingga 16.30 WIB. Won melemah paling tajam dengan koreksi 0,62 persen terhadap dolar, ringgit melemah 0,33 persen, yen melemah 0,04 persen, rupee melemah 0.06 persen, dan peso Filipina turun 0,07 persen.
PDAT | M. AZHAR