TEMPO.CO, Jakarta - Rencana mobil ASEAN akan menjadi salah satu pembahasan dalam pertemuan Presiden Indonesia Joko Widodo dengan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak. "Perdana Menteri Malaysia Bapak Najib Razak kemungkinan akan membahas soal mobil ASEAN dalam pertemuan dengan Bapak Presiden," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, di Jakarta, Kamis, 5 Februari 2015.
Menurut Arrmanatha, pihak Indonesia akan mempertimbangkan masalah mobil ASEAN tersebut bersama sepuluh negara anggota ASEAN lainnya.
Presiden Jokowi siang tadi sekitar pukul 12.00 WIB bertolak ke Malaysia dalam rangka kunjungan kenegaraan ke tiga negara, yakni Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina. Kunjungan ke negara-negara ASEAN tersebut merupakan tradisi dari Presiden Indonesia meskipun Jokowi telah bertemu dalam beberapa kesempatan di konferensi internasional sebelumnya.
Selama kunjungan dua hari di Malaysia, Presiden akan bertemu dengan Raja Malaysia, mengadakan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri serta buruh migran dan masyarakat Indonesia serta kalangan bisnis Malaysia. Sedangkan agenda yang dibahas terkait dengan upaya peningkatan kerja sama ekonomi khususnya perdagangan investasi. Nilai perdagangan Indonesia Malaysia hingga 2013 mencapai US$ 3 miliar dengan target pada akhir tahun 2015 mencapai US$ 30 miliar.
Kedua pemimpin juga akan membahas masalah perbatasan terutama rencana dimulainya negosiasi perbatasan pada pekan kedua Februari. "Presiden juga membahas masalah perlindungan buruh migran serta akses pendidikan bagi buruh migran. Juga pemulangan sukarela," papar Arrmanatha.
Di bidang maritim, Presiden Jokowi membahas masalah nelayan yang tidak memiliki kewarganegaraan atau stateless fishermen. Dalam pertemuan bilateral, rencananya akan ditandatangani nota kesepahaman ihwal upaya pemberantasan kejahatan narkotika antara BNN dan Polisi Malaysia, serta upaya memberantas peredaran narkotika serta kerja sama di bidang pendidikan. Presiden Jokowi dan rombongan akan meninggalkan Malaysia pada Sabtu pagi, 7 Februari 2015, menuju Brunei Darussalam.
NATALIA SANTI