TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik DKI Jakarta Nyoto Widodo mengatakan Jakarta tidak termasuk dalam sepuluh besar peringkat kota-kota dengan indeks kebahagiaan yang tinggi. Jakarta berada pada posisi ke-14 dengan angka indeks 69,21 dari skala 0-100. "Jakarta belum masuk peringkat sepuluh besar," kata Nyoto saat dihubungi, Kamis, 5 Februari 2015.
Nyoto menjelaskan peringkat tiga besar dihuni oleh Kepulauan Riau dengan angka 72,42; Maluku dengan indeks 72,12; dan Kalimantan Timur yang bernilai 71,45. Sedangkan tiga posisi terbawah ditempati oleh Provinsi Papua 60,97; Nusa Tenggara Timur 66,22; dan Sumatera Barat 66,79.
Nyoto menjelaskan indeks kebahagiaan tersebut menggunakan sepuluh indikator untuk mengukur tingkat kebahagiaan. Di Jakarta, tiga indikator kehidupan yang berkontribusi paling tinggi adalah pendidikan 15,43 persen, pendapatan rumah tangga 15,12 persen, serta pekerjaan 13,29 persen.
Nyoto berujar, hasil tersebut menandakan tingkat pendidikan mempengaruhi kebahagiaan seseorang. Indeks kebahagiaan juga bertambah jika ada peningkatan pendapatan dan adanya pekerjaan. Artinya, angka ini bisa menjadi acuan bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat menyusun kebijakan.
Sebagai contoh, Nyoto melanjutkan, pemerintah DKI dapat mengoptimalkan pemberian Kartu Jakarta Pintar bagi para siswa yang berasal dari keluarga tak mampu. "Semakin banyak siswa yang bisa bersekolah, tentu semakin bahagia pula mereka dan orang tuanya," katanya.
Hal lain yang juga mempengaruhi indeks kebahagiaan, Nyoto berujar, yakni keadaan lingkungan dan kondisi keamanan. Dua hal ini berkaitan dengan permasalahan kota, seperti banjir, kemacetan, dan angka kriminalitas. Dengan kata lain, Nyoto berujar, upaya pemerintah DKI untuk mengatasi ketiga hal itu bisa mendongkrak angka indeks kebahagiaan. "Kota yang teratur itu sumber kebahagiaan," kata Nyoto.
LINDA HAIRANI