TEMPO.CO , Jakarta:Menteri ESDM Sudirman Said meminta PT Freeport Indonesia untuk mengingat beberapa hal dalam menjalankan bisnis mereka di Papua. Perusahaan tambang asal Amerika ini akan membangun pabrik pemurnian konsentrat di daerah Timur Indonesia itu.
Freeport diminta untuk mengubah cara pandang terhadap Indonesia dan Papua. Menurut Sudirman, ada perubahan pada masyarakat yang tentunya membedakan dengan saat perusahaan ini hadir di Indonesia pada 1967 lalu.
"Baik di level nasional maupun lokal sudah ada perbedaan," kata dia di kantornya pada Jumat, 6 Februari 2014. Saat ini, Freeport sudah berhadapan dengan masyarakat yang lebih melek huruf, berpengetahuan, dan memiliki kemampuan. Tentu tak bisa diperlakukan sama dengan 40 tahun silam.
Lalu, Freeport diminta untuk menempatkan tim manajemen dengan lebih efektif. Hal ini dinilai akan memperlancar dialog-dialog tentang rencana pembangunan dan pengembangan ke depannya. Tim di Indonesia, diharapkan memiliki kewenangan penuh terhadap putusan-putusan sehingga tak perlu lama menunggu negosiasi dengan pusat.
PT Freeport Indonesia merencanakan akan membangun smelter di Gresik, bukan Papua, dengan pertimbangan infrastruktur yang lebih siap. Namun, ide ini ditolak Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat yang ingin smelter dibangun di Papua guna menggerakkan roda perekonomian di sana. Gubernur Papua Lukas Enembe menyarankan agar pembangunan dilakukan di dua tempat secara paralel, yang diamini juga oleh Sudirman.
URSULA FLORENE SONIA