TEMPO.CO, Surabaya - Satu di antara tujuh jenazah korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 yang tiba di Rumah Sakit Bhayangkara Kepolisian Daerah Jawa Timur, Minggu kemarin, 8 Februari 2015, diduga kopilot Remi Emmanuel Plesel.
Pasalnya, jenazah tersebut masih mengenakan seragam pilot dengan tiga garis atau bar di pundaknya. Jenazah berseragam pilot AirAsia itu ditemukan di bangkai kokpit pesawat. Kondisi jenazah sudah tidak utuh dan sulit dikenali.
Ketua Tim Disaster Victim Identification Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Budiyono mengatakan, berdasarkan laporan sementara dari tim yang melakukan pemeriksaan postmortem, jenazah berseragam AirAsia itu tanpa name tag. "Terdapat tiga garis atau bar di pundak jenazah," kata Budiyono di posko crisis center Polda Jawa Timur, Senin, 9 Februari 2015.
Meski demikian, menurut Budiyono, properti itu belum cukup untuk memastikan identitas jenazah, sehingga Tim DVI masih terus mengumpulkan data primer dan sekunder untuk mendukung pengungkapan identitasnya. "Masih dilakukan pemeriksaan postmortem terhadap jenazah itu," katanya.
Budiyono enggan menduga-duga apakah jenazah itu pilot Kapten Irianto atau kopilot Remi Emmanuel Plesel karena proses identifikasi belum selesai. "Mudah-mudahan jenazah tersebut mengarah pada salah satu kru AirAsia," ujarnya.
Dono Sukoco dari Departemen Keselamatan AirAsia menjelaskan garis atau bar yang biasanya dipakai oleh kapten pilot berjumlah empat baris, sedangkan kopilot tiga garis. "Kapten pilot punya empat garis, kopilot tiga baris," tuturnya.
Seperti halnya Budiyono, Dono juga belum berani memastikan identitas jenazah berseragam tersebut. Dia menyerahkan soal identitas jenazah itu kepada Tim DVI. "Tim DVI yang menentukan," katanya.
MOHAMAD SYARRAFAH