TEMPO.CO, Gresik - Ribuan warga Gresik terancam terus dilanda banjir besar setiap tahunnya karena luapan Kali Lamong. Pemerintah setempat sudah punya rencana membangun tanggul di sepanjang anak Sungai Bengawan Solo itu namun terbentur harga pembebasan tanahnya.
"Pembangunan sudah dianggarkan sejak 2011. Pak Bupati ini sudah siap, hanya saja terkendala pembebasan lahan," ujar Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf kepada wartawan saat mengunjungi kawasan Morowudi yang terkena banjir itu, Senin 9 Februari 2015.
Gus Ipul menambahkan, pemerintah provinsi menyiapkan anggaran sekitar Rp 20 miliar untuk rencana pembangunan tanggul itu. Dia menyatakan, pemerintah butuh sedikitnya pembebasan lahan 650 hektare.
Tapi rencana terhambat diklaim karena pembebasan lahan ditolak warga yang disebutkannya meminta appraisal (taksiran harga) yang terlalu tinggi. "Warga minta tanahnya dibeli Rp 100 ribu per meter sementara kekuatan pemerintah berdasarkan appraisal hanya Rp 35 ribu," kata dia.
Gus Ipul menambahkan, pemerintah provinsi dan kabupaten tak punya alternatif lain jika warga enggan membebaskan lahan. "Ya kalau nggak mau, wargamu kebanjiran kayak gini terus pak," katanya kepada Bupati Gresik Sambari Halim, di sebelahnya.
Banjir tahunan Kali Lamong kembali menerjang Gresik sejak Kamis malam. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Gresik hingga Senin sore ini, banjir merendam 1.317 hektare sawah dan 1.107 hektare tambak.
Meski mulai surut, luberan anak sungai Bengawan Solo itu merambah daerah baru. Satu desa di kecamatan Kedamean terendam banjir. Adapun jumlah permukiman yang terkena dampak banjir kiriman itu menyusut menjadi 848 rumah dan 2.582 jiwa. Total 9 desa dari 4 kecamatan masih terendam.
ARTIKA RACHMI FARMITA