TEMPO.CO, Jakarta - Penguatan dolar terhadap hampir semua aset keuangan dan komoditas membuat rupiah turut melemah.
Di transaksi pasar uang hari ini, dolar kembali menguat terhadap hampir seluruh mata uang dunia. Di pasar uang Eropa, mata uang euro kembali terkoreksi ke level US$ 1,13 dan poundsterling menyusut ke US$ 1,52. Rupiah sendiri tadi sore ditutup melemah 32 poin (0,25 persen) ke level 12.653 per dolar AS.
Analis PT Millenium Penata Futures, Suluh Adil Wicaksono, mengatakan perbaikan data ekonomi domestik tidak cukup kuat untuk membuat rupiah bersinar. Meskipun terimbas sentimen positif dari bertambahnya cadangan devisa bulan Januari 2015 ke level 114,2 miliar, rupiah tetap takluk terhadap dolar Amerika. "Pelemahan rupiah lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal."
Penguatan dolar di awal pekan dipengaruhi oleh membaiknya data non-farm payroll yang dirilis akhir pekan lalu dengan penambahan tenaga kerja 257 ribu orang, lebih baik dari periode sebelumnya 231 ribu orang.
Selain itu, pelaku pasar juga masih berekspektasi positif terhadap data-data ekonomi lainnya yang akan dirilis pekan ini. Misalnya data survei lapangan kerja, penjualan retail Januari 2015 dan data jobless claim bulan Februari 2015.
Menurut Suluh, tidak hanya mata uang yang terimbas oleh penguatan dolar. Beberapa komoditas berbasis dolar seperti minyak mentah dan emas pun stagnan akibat penguatan dolar. Harga emas di pasar komoditas New York (COMEX) masih berkutat di kisaran US$ 1.237 per troy ounce.
Bahkan harga minyak mentah terancam kembali terkoreksi menyusul konflik antarprodusen di Libya dan proyeksi meningkatnya data inventori minyak di AS. Harga minyak mentah untuk kontrak 15 Maret 2015 berada di level US$ 52,7 per barel (WTI) dan US$ 58,4 per barel (Brent). "Dolar memang sedang bersinar. Akibatnya, harga komoditas sulit berkembang," kata dia.
Tren dolar masih akan menguat paling tidak sampai pertengahan tahun ini sampai bank sentral Amerika (The Fed) memastikan kebijakan normalisasi suku bunga. Di tengah ketidakpastian kebijakan dan perlambatan ekonomi global, pasar menganggap dolar sebagai aset yang paling aman (safe haven) untuk berinvestasi.
PDAT | M. AZHAR