TEMPO.CO, Surabaya- Tak mudah membangun industri mobil nasional. Pengamat industri transportasi Bambang Soendjaswono mengungkapkan, setidaknya butuh minimal 10 tahun agar industri dalam negeri benar-benar mapan. "Berdasarkan pengalaman, butuh setidaknya 10 sampai 15 tahun membangun industri mobil nasional. Itu bergantung kesiapan. Sebab, kita ingin punya merek kita sendiri. Bukan menempel merek, tapi rekayasa, " katanya saat dihubungi Tempo, Ahad 8 Februari 2015.
Pria yang juga kepala bidang keuangan Asosiasi Industri Automotif Nasional (Asianusa) itu mengungkapkan, tak ada istilah mobil nasional. "Tapi bagaimana membangun transportasi secara mandiri," kata dia.
Bambang menyebutkan, konsep ideal membangun industri mobil nasional meliputi 4 tahapan. Tahap penting pertama ialah licensing atau membeli lisensi. Dalam tahap ini, kata Bambang, Indonesia harus jeli memilih lisensi industri otomotif mana sesuai kriteria yang diinginkan. "Di tahap kerja sama itu, kita seperti tukang jahit saja." kata Bambang.
Tahap berikutnya ialah kerja sama desain dan manufaktur (co-design and manufacturing). "Tapi tujuannya untuk meningkatkan kemampuan bermanufaktur dengan partner yang sudah maju."
Tahap ketiga ialah pengembangan produk atau product development. Pada tahap inilah, harapannya industri dalam negeri bisa menggunakan brand sendiri. Bukan lagi brand luar negeri sebagai partner. "Karena para engineer kita sudah skillfull," ungkapnya.
Tahap terakhir ialah inovasi teknologi. Melewati berbagai tahapan itu, Indonesia bisa benar-benar mampu memiliki Hak cipta (copyright) dalam industri mobil nasional.
Bambang mencontohkan industri otomotif di Korea Selatan. Ia mengatakan, konsep pengembangannya juga kurang lebih sama seperti itu. "Hyundai, KIA, itu dulu juga kerja sama dengan Nissan dan Mitsubishi. Ambil lisensi dulu, kembangkan dengan co-desain. Memang untuk jadi pinter perlu proses."
Untuk bentuk kerjasamanya, model B-to-B bisa menjadi salah satu alternatif, seperti yang dilakukan oleh perusahaan milik mantan kepala BIN, AM Hendropriyono.CEO Proton, Mahathir Mohamad menandatangani nota kesepahaman dengan PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL) milik Abdullah Mahmud Hendropriyono, Jumat, 6 Februari 2015.
Dihadiri oleh Presiden Joko Widodo dan PM Malaysia Datul Seri Najib Tun Razak, MoU itu dilakukan dalam rangka menjalin kerja sama pembuatan mobil nasional. Proton sepakat membantu ACL melakukan riset dan pengembangan mobil nasional di Indonesia.
ARTIKA RACHMI FARMITA