TEMPO.CO, Jakarta - Lupakan sejenak Charlie Hebdo. Kartunis Malaysia, Zulkiflee Anwar Ulhaque alias Zunar, kini juga mendapat serangan. Bukan dari kelompok militan, tapi dari pemerintahnya sendiri. Tapi, dia malah diundang untuk berbicara dalam sebuah forum Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, Swiss pada 6 Maret nanti.
Polisi Diraja Malaysia telah menggerebek kantor Zunar di Kuala Lumpur pada akhir Januari lalu dan menyita 89 komik Conspiracy to Imprison Anwar (Konspirasi untuk Memenjarakan Anwar Ibrahim) dan 66 komik Pirates of The Carry BN. Judul buku terakhir itu adalah plesetan dari judul film Pirates of the Caribbean dan "BN" yang dimaksud adalah Barisan Nasional, partai penguasa Malaysia sekarang.
Saat penggerebekan terjadi, Zunar sedang berada di London, Inggris. Penggerebekan dilakukan polisi berdasarkan Undang-Undang Percetaan dan Penerbitan serta Undang-Undang Penghasutan. Dia akan dipanggil ke kantor polisi bila kembali ke Negeri Jiran. Sebelumnya Zunar pernah ditahan dengan undang-undang yang sama pada 2010 gara-gara bikin komik politik.
Zunar menolak pemakaian Undang-Undang Penghasutan itu. "Jika kartun dianggap pencemaran nama baik, orang-orang yang merasa dirugikan seharusnya mengajukan gugatan perdata. Itu tak masalah. Saya menentang penggunaan hukum pidana seperti undang-undang itu," tulisnya di akun Twitternya.
Meski berkali-kali kantornya digerebek dan dia ditahan, Zunar tak menyerah. "Saya akan terus melukis hingga ke titisan dakwat terakhir!" katanya.
Kini Zunar berkeliling dunia untuk mengkampanyekan "Perjuangan Melalui Kartun. Dia berceramah di Universitas Oxford dan Cambridge di Inggris tentang kartun politik. Pada awal Mei nanti dia diundang untuk berceramah di PBB.
Zunar mengatakan, dia akan berbicara tentang "Membela Ekspresi Artistik - Saatnya PBB Bertindak" di Palais des Nations, markas besar PBB di Jenewa. "Undangan itu membuktikan bahwa perjuangan saya lewat kartun telah diakui," katanya. "Saya juga akan menyinggung soal tak adanya komitmen PBB untuk melindungi seniman, sehingga memperkuat rezim yang korup dan ekstrimis fanatik untuk lebih represif terhadap seniman."
THE MALAYSIAN INSIDER | HARAKAHDAILY | KURNIAWAN