TEMPO.CO, Jakarta - Sepuluh arsitek kenamaan Indonesia mendesain toilet umum yang akan digunakan di ruang-ruang publik Jakarta. Di antaranya Han Awal, Ahmad Djuhara, Achmad Noerzaman, dan Andra Matin. Rancangan mereka dipamerkan di "Toilet Publik di Ruang Publik" di Kota Tua, Jakarta Pusat, selama sebulan mulai pekan lalu.
Gerakan ini berawal dari kegelisahan arsitek sekaligus penulis, Avianti Armand, akan kondisi WC umum di Jakarta. “Ruang publik seperti Monumen Nasional itu oke banget," ujarnya, seperti ditulis Koran Tempo, Selasa, 10 Februari 2015. "Sayangnya, ada sejumlah hal seperti toilet dan sampah yang membuat orang ujung-ujungnya malas datang ke ruang publik.” Padahal, seperti cuitan Avianti di Twitter, kebelet adalah hak asasi manusia.
Menurut Avianti, gairah masyarakat untuk menyambangi ruang publik mestinya dipelihara. Yakni lewat penataan pedagang kaki lima, pengelolaan sampah, serta ketersediaan toilet yang nyaman untuk publik. Ini penting karena ruang publik bisa jadi wadah interaksi warga yang bisa mengurangi gesekan sosial. “Kalau toiletnya bagus, warga enggak bakal segan pergi ke ruang publik,” ujarnya.
Avianti menggandeng Andra Matin selaku organisator TPDRP. Para arsitek itu diminta mendesain toilet yang rencananya didirikan di 12 titik di Monas. Belakangan, setelah berdiskusi dengan Ketua Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan DKI Sarwo Handayani, Avianti menggeser target mereka ke taman-taman kota seperti Taman Langsat dan Ayodya di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, serta Taman Suropati dan Situ Lembang di Menteng, Jakarta Pusat. Alasannya, terlalu banyak pihak yang terlibat dalam pengelolaan Monas.
ISMA SAVITRI | REZA MAULANA