TEMPO.CO , SURABAYA:-Ketua tim Disaster Victim Identification (DVI) Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Budiyono, menceritakan perburuan dental record pada gigi Remi Emmanuel Plesel sejak kedatangannya pada Minggu, 8 Februari 2015. "Tim DVI terbantu dengan adanya dental record ini," kata Budiyono kepada Tempo usai jumpa pers di posko crisis center, Selasa, 10 Februari 2015.
Awalnya, kata Budiyono, tim DVI mendapatkan data gigi korban QZ 8501 dari pihak Air Asia yang memiliki data lengkap profil kopilot tersebut. Soalnya, tiap tes pilot atau kopilot serta kru Air Asia diharuskan memeriksa semua kondisi kesehatan, termasuk pemeriksaan gigi.
" Ternyata korban pernah memeriksa dan merawat giginya di salah satu dokter di Surabaya," kata dia.
Diketahui ada dokter gigi Remi di Surabaya, lalu tim langsung berkoordinasi dengan dokter gigi itu untuk meminta data-data gigi kopilot Air Asia itu, sehingga didapatkan data lengkap pemeriksaan gigi. "Setelah di cocokan dengan rongent gigi, ternyata cocok 100 persen," kata dia.
Menurut Budiyono, sejak pemeriksaan post mortem hingga rapat rekonsiliasi yang dilakukan tim DVI tadi siang, dokter gigi itu mengikuti pemeriksaan, sehingga sangat membantu tim dalam menentukan identitas korban. "Alhamdulillah dokter gigi kopilot ini juga mengikuti rapat rekonsiliasi, sehingga mempermudah tim mengungkap identitasnya," katanya.
Berdasarkan dental record itu, kata dia, tim DVI kemudian mencocokkan dengan seragam yang dipakai korban yang memiliki tiga garis atau bar di pundaknya, sehingga mengarah juga pada jasad pilot Air Asia itu. Selain itu, tim DVI juga menemukan kecocokan data medis dan antropologi yang cocok dengan jenis kelamin, tinggi badan dan antropologi.
"Dengan dasar itu, maka hasil rekonsiliasi memutuskan dengan tidak terbantahkan bahwa jasad dengan label B097 atas nama Remi Emmanuel Plesel yang sesuai dengan passport korban," kata Budiyono.
Jenazah itu awalnya diduga pilot pesawat Air Asia QZ8501, yang ditemukan di Selat Karimata Kalimantan Tengah. Saat ditemukan, jenazah itu berada di bangkai kokpit pesawat dengan mengenakan seragam pilot dan dasi bertuliskan Air Asia. Kondisi jenazah itu sudah tidak utuh dan sulit dikenali.
Jenazah itu kemudian dikirim ke Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya pada Minggu, 8 Februari 2015, sorenya, bersama tujuh body part lainnya tiba di Rumah Sakit Bhayangkara. Senin, 9 Februari 2015, tim DVI masih belum berani memutuskan identitas korban, namun sudah mulai mengerucut pada copilot Remi Emmanuel Plesel, yang didasarkan pada tiga garis atau bar yang ada di pundaknya.
MOHAMMAD SYARRAFAH