TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memiliki cara lain untuk menangani banjir di Ibu Kota. Ia berencana melakukan rekayasa cuaca. "Bukan hujan buatan, tapi rekayasa hujan," kata dia di Balai Kota, Selasa, 10 Februari 2015.
Namun rekayasa cuaca akan dilakukan Ahok jika statusnya sudah tanggap darurat banjir. Artinya, Jakarta sudah lumpuh oleh banjir. "Kalau saya keluarkan sekarang tanggap darurat, pasti banyak protes," ucap Ahok.
Ia menambahkan, Jokowi selama menjabat gubernur pun tak pernah mau mengeluarkan status tanggap darurat. "Pak Jokowi saja dulu enggak mau keluarkan." Namun, Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Agus Priyono membantahnya.
Pada 2013 lalu, Jokowi mengeluarkan status tanggap darurat banjir karena tanggul Kanal Banjiir Barat di Latuharhari, Jakarta Pusat, jebol. Akibat jebol, basement satu gedung di Jalan M.H. Thamrin sempat tenggelam. "Itu butuh penanganan yang luar biasa," ucap Agus.
Persiapan banjir kali ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta sudah siap siaga hadapi banjir kali ini. Ada 5.000 tenaga siap dikerahkan untuk membantu korban banjir DKI Jakarta untuk mengungsi. Tenaga ini adalah gabungan personel TNI, petugas BPBD, dan sukarelawan.
Dari 5.000 tenaga ini, 2.000 tenaga merupakan anggota satgas banjir Komando Armada Maritim Barat DKI Jakarta, 2 batalion Zeni Marinir untuk pembersihan sungai, 4 satgas banjir Kodam Jaya untuk 5 wilayah dengan jumlah pasukan lebih dari 1.000 personel. Sisanya adalah sukarelawan yang terdiri atas pelajar, mahasiswa, maupun sukarelawan NGO.
Menurut dia, skenario ini sudah dibuat sejak awal Desember 2014. Dia mengatakan mereka akan disebar ke titik-titik rawan banjir di Ibu Kota, yaitu wilayah barat sebanyak 151 RW, 25 kelurahan, wilayah pusat sebanyak 38 RW, 10 kelurahan, wilayah selatan sebanyak 83 RW, 30 kelurahan, wilayah timur sebanyak 168 RW, 35 kelurahan, dan wilayah utara sebanyak 194 RW, 25 kelurahan.
ERWAN HERMAWAN