TEMPO.CO, Washington - Sejumlah akun Twitter dan situs Internet media massa Amerika Serikat diretas kelompok yang mengklaim sebagai pendukung kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Selasa, 10 Februari 2015.
CyberCaliphate, nama kelompok itu, mengambil alih akun Twitter majalah Newsweek selama sekitar 14 menit. Mereka mengganti foto profil dan banner akun Newsweek dengan foto bendera hitam ISIS dan seorang pria yang mengenakan penutup wajah. Mereka juga menampilkan pesan "Je su IS IS".
"Kami dapat mengkonfirmasikan bahwa akun Twitter Newsweek diretas pagi ini dan akun ini telah dapat dikendalikan kembali," kata Redaktur Pelaksana Newsweek Kira Bindrim seraya meminta maaf kepada para pembaca media itu atas peristiwa ini. "Kami sedang berupaya memperkuat langkah-langkah pengamanan ruang redaksi," ujarnya.
Pendukung ISIS ini juga mengklaim telah meretas situs International Business Times,ibtimes.com. Begitu juga blog media anak perusahaan Newsweek, nwkarchivist.tumblr.com.
Akun Twitter media Latin Times juga diretas kelompok ini. Newsweek, International Business Times, dan Latin Times merupakan anak perusahaan IBT Media.
Selain menyerang media Amerika Serikat, peretas juga mencuit tentang ancaman penghancuran keamanan cyber Amerika Serikat. "Sementara AS dan satelitnya membunuh saudara-saudara kami di Suriah, Irak dan Afganistan, kami menghancurkan sistem keamanan cyber nasional Anda dari dalam."
Namun setelah kembali mendapatkan kendali, pengelola akun Twitter Newsweek segera menghapus kicauan itu dan gambar yang dipasang CyberCaliphate.
Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengatakan Biro Investigasi Federal (FBI) sedang menyelidiki kasus peretasan akun Twitter Newsweek. Dia juga mengimbau masyarakat agar waspada atas ancaman yang dilontarkan kelompok peretas itu.
CNN | WINONA AMANDA