TEMPO.CO, Probolinggo-Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan Agus Dermawan mengatakan penyebab matinya hiu paus tutul yang terjebak kanal Pembangkit Listrik Tenaga Uap Paiton karena kondisi fisiknya makin lemah, ditambah luka serius pada thorax dan stres tinggi.
"Untuk mengetahui kepastian penyebab matinya ikan secara mikroskopis, tim dokter hewan akan melakukan nekropsi dan uji hispatologi," kata Agus di Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Rabu, 11 Februari 2015.
Baca Juga:
Menurut Agus tim jejaring penanganan terpadu serta tim rescue PLTU Paiton telah berupaya menyelamatkan hiu paus tersebut pada 6-8 Februari 2015. "(Untuk membebaskan) kami memanfaatkan pasang surut air laut. Namun pada Selasa kemarin, 10 Februari, hiu paus itu tidak mampu bertahan hidup," ujar Agus.
Hiu paus, kata dia, sempat bergerak dari posisi kanal 7-8 ke posisi kanal 3-4 (sekitar 600 meter dari posisi awal). Namun kembali lagi ke posisi semula. Upaya menggiring ikan itu secara langsung tidak dapat dilakukan karena mempertimbangkan area sebagai obyek vital nasional dengan faktor risiko besar dan berbahaya.
"Kecepatan arus 12,6 kilometer perjam per satu kanal intake. Di kawasan ini ada tujuh intake," katanya. Artinya, kata Agus, kapasitas sedot air sangat besar di setiap kanal dan berada di daerah aliran listrik tegangan ekstra tinggi. Melalui perhitungan teknis, kata Agus, tim sepakat untuk melaksanakan evakuasi melalui darat pada 10-11 Februari 2015.
Evakuasi melalui darat dilakukan dengan bantuan alat berat. Skenarionya, hiu paus ditangkap dengan jaring yang dirancang khusus kemudian diangkut menggunakan truk berisi air laut untuk dilepaskan ke laut dengan perkiraan waktu tempuh sekitar 45 menit. Sayangnya, pada Selasa pagi, 10 Februari 2015, tim observasi menemukan hiu paus sudah mati pada posisi bagian hilir intake kanal.
"Hiu paus dievakuasi keluar kanal dan diobservasi medis dokter hewan," katanya. Proses evakuasi memakan waktu empat jam mulai pukul 14.00 hingga 18.15 WIB. Bangkai hiu paus langsung dikubur di areal PLTU Paiton. Agus membantah tudingan lambannya penanganan menjadi faktor penyebab matinya hiu paus tersebut. "Ini kejadian luar biasa yang belum pernah kami lakukan untuk menghadapi di wilayah seperti ini."
Agar kejadian serupa tak terulang, tim pakar mengadakan pertemuan dengan manajemen PLTU Paiton. Sebab menurut Agus, sejumlah hiu paus masih berkeliaran di sekitar Paiton.
Marine Species Conservation Coordination World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Dwi Suprapti mengatakan ada sejumlah luka sayatan yang panjang dan dalam di sekujur tubuh hiu paus itu. "Luka itu menginfeksi, sehingga imunitas semakin menurun. Ditambah lagi kondisi stres karena terjebak lama di kanal," katanya.
DAVID PRIYASIDHARTA