TEMPO.CO, Canberra - Warga Australia tampak antusias mengunjungi Paviliun Indonesia di Festival Multikulralisme (National Multicultural Festival 2015/NMF) yang digelar sejak 13 Februari 2015. Pameran yang akan berlangsung hingga 15 Februari tersebut merupakan festival budaya tahunan favorit dan terbesar yang diselenggarakan pemerintah Ibukota Canberra untuk merayakan keberagaman budaya yang ada di kotanya.
Dan Indonesia selalu ambil bagian di dalam perayaan yang telah berlangsung ke-19 kalinya tersebut. Pada 2015, tema besar yang diusung Indonesia adalah “The Journey to Wonderful Indonesia: Urban and Traditional Indonesia.”
“Tema urban ini dihadirkan untuk menyampaikan kepada masyarakat Australia bahwa perkembangan kota-kota di Indonesia berlangsung sangat pesat dan Indonesia saat ini adalah Indonesia yang modern namun tetap menjaga dan memelihara tradisi dan budaya dengan baik,” kata Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema lewat rilis yang diterima Tempo, Sabtu, 14 Februari 2015.
Pendirian Paviliun Indonesia seluas 3 meter x 24 meter tersebut didukung oleh Garuda Indonesia, PT Pelindo II, Diaspora Indonesia dan sahabat-sahabat (friends of Indonesia), mahasiswa serta segenap masyarakat Indonesia di Canberra.
Menurut Nick Manikis, Direktur dan Ketua Penyelenggara NMF dari 400 stan yang meramaikan ajang itu, Paviliun Indonesia adalah yang terbesar. “Indonesia adalah salah satu yang terbaik, sangat berwarna dan beragam, tidak saja dari kostum, fashion, tapi juga makanan dan aktivitasnya. Semua pengunjung menikmatinya,” puji Nick yang telah menyelenggarakan Festival ini sejak tahun 1997.
Berbagai kegiatan kreatif yang disuguhkan di Paviliun Indonesia sejak pukul 8 pagi hingga 21, antara lain workshop batik, gamelan dan angklung, penampilan musik Sasando dan tari tradisional Ja’i dari Nusa Tenggara Timur dan tari poco-poco.
Tidak hanya itu, dua buah becak, moda transportasi tradisional Indonesia, turut diperagakan di Paviliun Indonesia. Kedua becak disulap menjadi area photo booth yang sangat digemari para pengunjung.
Di saat pengunjung haus dan lapar, Kafé Jakarta di Paviliun Indonesia menyediakan beragam minuman dan makanan khas Indonesia seperti teh kotak, minuman kunyit asam, pop mie, dan banyak hidangan lainnya. Para pengunjung menikmatinya sambil membaca berbagai brosur pariwisata dan bahan promosi lain tentang Indonesia.
Sejumlah pengunjung sangat menikmati rangkaian kegiatan yang dihadirkan di Paviliun Indonesia, di antaranya Chloe, 8 tahun, dan Lily, 6 tahun, yang belajar membatik. “Saya senang sekali, dan tidak mudah ya membatik,” kata Chloe. “It’s beautiful, very entertaining, and relaxing,” ujar pengunjung lainnya yang belajar bermain gamelan.
Di samping pendirian Paviliun Indonesia, upaya memperkenalkan keberagaman Indonesia kepada masyarakat internasional juga dilakukan dengan tampil di panggung utama NMF pada 14 Februari 2015 di jam utama (prime time) pukul 14 selama 45 menit, dengan menampilkan Tari Topeng Gong dari Betawi, Angklung dari Jawa Barat, Tari Kuda Lumping dari Jawa Tengah dan sendratari Kumbakarna.
Seluruh pertunjukan diisi oleh masyarakat Indonesia di Canberra yang telah berlatih selama sebulan di KBRI Canberra. Tepuk tangan ratusan penonton yang memadati panggung membahana saat pentas sendratari usai.
Kegiatan promosi dalam rangka NMF ini mencapai puncaknya saat pawai atau parade budaya berlangsung, yaitu pada Sabtu pukul 18 sore, diikuti oleh Brasil dengan Tari Samba dan Latin, Barongsai dari Cina, dan Indonesia menampilkan Wonderful Indonesia yang diikuti oleh belasan anak-anak Indonesia yang memakai pakaian nusantara, becak, para penari termasuk tokoh Hanoman, dan masyarakat Indonesia yang mengenakan baju tradisional.
Meskipun di tengah hujan gerimis, aksi parade Indonesia melintasi jalan protokol di Canberra, mendapat sorak sorai dan tepuk tangan gemuruh dari para penonton. Tampak jelas bahwa meskipun sedang ada isu Bali Nine, pujian terhadap keindahan dan keberagaman Indonesia selalu mendapat tempat di hati masyarakat Australia.
Pada 2015, diperkirakan para pengunjung NMF, baik masyarakat lokal Canberra, maupun yang datang dari luar Canberra dan luar negeri, naik dari 260.000 pada 2014 menjadi 300.000 orang.
Pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan kunjungan wisawatan asal Australia ke Indonesia hingga 2 juta turis pada 2015. Australia merupakan penyumbang devisa terbesar keempat industri pariwisata nasional, setelah Singapura, Malaysia dan Tiongkok.
NATALIA SANTI