TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon meminta Indonesia tidak mengeksekusi terpidana hukuman mati kasus narkotik. Permintaan itu diutarakan Ban via pembicaraan telepon dengan Menteri Luar Negeri RI Retno Lestari Priansari Marsudi.
“Perserikatan Bangsa-Bangsa menentang hukuman mati di bawah situasi apa pun,” kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric, lewat pernyataan pada Jumat lalu. “Sekretaris Jenderal meminta otoritas Indonesia untuk tidak melaksanakan eksekusi pada terpidana mati kasus narkotik.”
Kepada Tempo, Retno membenarkan dirinya menerima telepon dari Ban Ki-moon. “Beliau sudah tahu posisi kita. Kita bicara per telepon pada Jumat pagi pukul 08.40,” kata Retno lewat pesan pendeknya kepada Tempo, 14 Februari 2015.
Pada berbagai kesempatan dan pertemuan, Retno menegaskan posisi Indonesia terkait dengan hukuman mati bagi para pengedar narkotik akan tetap konsisten dan tidak berubah.
Indonesia mendapat tekanan internasional untuk menghentikan hukuman mati bagi terpidana narkotik. Uni Eropa serta Perdana Menteri dan Raja Belanda mengimbau agar eksekusi dihentikan. Juga, Menteri Inggris Phillip Hammond yang baru-baru ini berkunjung ke Jakarta.
Bulan ini, Jaksa Agung H.M. Prasetyo memastikan dua warga Australia yang terkait dengan kasus Bali Nine, Myuran Sukumaran, 33 tahun, dan Andrew Chan, 31 tahun, ada di antrean terpidana yang akan dieksekusi, setelah Jokowi menolak grasi mereka pada Januari lalu. Rencana eksekusi diperkirakan dalam hitungan hari setelah semua wakil dari negara-negara terpidana dipanggil ke Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Senin lalu.
Indonesia bukanlah satu-satunya negara di dunia yang masih memberlakukan hukuman mati bagi penyelundup narkotik. Pada 2013, terdapat 778 orang yang dieksekusi di seluruh dunia, antara lain di Amerika Serikat 39 orang, Iran 369, Irak 169, dan Arab Saudi 79 orang. Angka itu tidak termasuk Cina yang diperkirakan mengeksekusi ribuan orang. Pada 2012, sebanyak 111 negara mendukung moratorium hukuman mati yang diusulkan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
CHANNEL NEWS ASIA | ALJAZEERA | SKY NEWS | AFRILIA SURYANIS