TEMPO.CO, Jakarta - Pertimbangan untuk menjaga stabilitas moneter diperkirakan menjadi dasar pengambilan keputusan bank sentral.
Analis PT Monex Investindo Futures, Faisal, mengatakan Bank Indonesia dalam rapat dewan gubernur hari ini diperkirakan akan mengambil keputusan yang lebih hati-hati terkait dengan suku bunga acuan (BI Rate). "BI Rate kami prediksi akan dipertahankan pada level 7,75 persen," kata Faisal, Selasa, 17 Februari 2015.
Menurut Faisal, BI sedang mengalami dilema dengan kebijakan moneternya. Ada tekanan untuk memangkas suku bunga acuan seiring melambatnya inflasi dan keinginan pemerintah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Selain itu, beberapa negara justru sedang melonggarkan sistem moneternya dengan memangkas suku bunga, di antaranya India, Singapura, dan Uni Eropa.
Namun, di sisi lain, BI juga mempertimbangkan risiko yang muncul dari rencana bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga pada kuartal II 2015. Kebijakan tersebut akan diikuti dengan pelemahan nilai tukar rupiah. "Menghadapi dilema tersebut, tampaknya BI akan mengambil jalan tengah dengan mempertahankan tingkat BI Rate," ujar Faisal.
Tekanan yang dialami rupiah akan semakin berat pada semester kedua. Pasalnya, beban utang korporasi dan swasta akan meningkat. Lelang-lelang obligasi yang dilakukan pemerintah pun kebanyakan digeber pada semester pertama untuk membiayai belanja dan penyerapan anggaran. "Dipertahankannya suku bunga adalah win-win solution bagi rupiah," kata Faisal.
Pada transaksi kemarin, rupiah ditutup menguat 45 poin (0,35 persen) ke level 12.753 per dolar AS. Untuk hari ini, rupiah diperkirakan bakal bergerak pada kisaran 12.650-12.850 per dolar AS.
PDAT | M. AZHAR