TEMPO.CO, Jakarta - Nilai impor pada Januari 2015 mencapai US$ 12,59 miliar, turun 12,77 persen dibandingkan impor Desember 2014 yang mencapai US$ 14,34 miliar. Sedangkan, dibandingkan impor Januari 2014 senilai US$ 14,91 miliar, penurunannya mencapai 15,59 persen.
Peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Haryo Aswicahyono, mengatakan penurunan drastis harga minyak dunia menjadi pendorong berkurangnya nilai impor. “Pasar minyak lebih kompetitif dibanding dulu. Perkiraan harga minyak tahun ini berkisar US$ 20-60 per barel,” katanya, Senin, 16 Februari 2015.
Harga minyak global turun cukup tajam pada Januari 2015. Misalnya, rata-rata harga minyak West Texas Intermediate dari US$ 59,29 per barel pada Desember 2014 menjadi US$ 47,33 per barel. Harga minyak Brent turun US$ 13,51 per barel dari US$ 63,27 per barel pada Desember 2014. (Baca: Harga Minyak Dunia Turun, Indonesia Patut Waspada)
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan harga minyak turun karena pasokan minyak OPEC meningkat, sementara proyeksi permintaan minyak global turun. Pertumbuhan ekonomi global juga masih lemah. Proyeksi International Monetary Fund, terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi 0,3 persen akibat pelemahan ekonomi Cina, Rusia, dan negara berkembang.
Penurunan juga terjadi pada ekspor migas yang tercatat turun 11,75 persen dari US$ 2,35 miliar pada Desember 2014. Kementerian Energi mencatat rata-rata harga Indonesian Crude Price turun US$ 14,26 menjadi US$ 45,30 pada Januari 2015.
BERNADETTE CHRISTINA MUNTHE