TEMPO.CO, Jombang-Pengelola Pondok Pesantren Urwatul Wutsqo, Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek, Jombang akhirnya memberi penjelasan dasar pemikiran seputar anjuran salat tiga waktu yang diedarkan melalui stiker. Pengasuh Urwatul Wutsqo, KH Qoyim Ya'qub, memberi mandat isterinya, Qurrotul Ainiyah, untuk mengklarifikasi isi stiker tersebut.
"Stiker yang kami edarkan ini sebagai imbauan bagi pekerja yang sibuk, seperti sopir, tukang becak, dan buruh tani. Karena mereka tidak bisa tepat waktu dalam melaksankan salat lima waktu," kata Qurrotul, Selasa malam, 17 Februari 2015. Menurut Qurrotul, dalam Al Qur'an, menjamak salat terdapat dalam surat Al Isra' ayat 78. "Ketentuan tentang salat jamak juga ada dalam hadits nabi."
Baca Juga:
Stiker yang diedarkan Pesantren Urwatul Wutsqo menjadi kontroversi karena dinilai melenceng dari ketentuan syariat Islam, terutama dalam tata cara mengumpulkan salat. Dalam Islam, seorang muslim diwajibkan salat lima waktu jika tidak ada halangan tertentu.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jombang Barozi mengatakan ketentuan dan alasan salat tiga waktu yang disebarkan Urwatul Wutsqo salah kaprah. "Imbauan dan alasan boleh-tidaknya menjamak salat yang tertera dalam stiker itu tidak sesuai dengan aturan fikih. Sebab sesuai aturan fikih, salat jamak bisa dilakukan jika bepergian minimal 80 kilometer," kata Barozi.
Bila tidak memenuhi syarat itu, menurut Barozi, sesibuk apapun, seorang muslim tetap diwajibkan melaksanakan salat lima waktu. "Masak buruh pabrik juga harus melaksanakan salat jamak, padahal yang bersangkutan tidak bepergian jauh," katanya.
Barozi meminta stiker tersebut segera ditarik dari peredaran. Karena bila tidak ditarik, kata Barozi, anjuran di stiker itu berpotensi membuat masyarakat salah paham. "Harus ditarik agar tidak menimbulkan kesalahpahaman," ujar dia.
Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Jombang KH Junaidi Hidayat juga menyesalkan isi anjuran dalam stiker itu. Majelis Ulama, kata dia, akan mengklarifikasi persoalan itu pada yang membuat stiker."Kami akan panggil pengasuh pondoknya, sebab masyarakat awam bisa salah paham dengan isinya," ujar dia.
ISHOMUDDIN