TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menilai keberadaan hidrant sebagai salah satu sumber air untuk memadamkan kebakaran tak berfungsi dengan baik. Sebab, hidrant tidak terhubung dengan air dari Perusahaan Daerah Air Minum. "Tidak nyambung dengan PAM," kata dia di Balai Kota, Rabu, 18 Februari 2015.
Menurut dia, setiap pembangunan apapun, selalu dijadikan proyek oleh satuan kerja perangkat daerah termasuk pembangunan hidrant. Sama seperti pembangunan sheet pile di Jalan Abdul Muis, Jakarta Pusat. Proyek tersebut bukan melebarkan saluran air tapi malah menyempitkan.
Pengerjaan sheet pile dilakukan oleh Dinas Tata Air. "Mereka itu konyol, Abdul Muis jadi jelek. Ngapain di sheet pile. Kita selalu berpikir tiap sudin dibagi. Masing-masing pikirin proyek bukan kebutuhan," ucap mantan Bupati Belitung Timur itu.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta, Subejo membantah jika hidrant tak tersambung dengan air dari PAM. "Tersambung namun air yang keluar kecil," kata dia.
Karena itu, Subejo menilai hidrant bukan pasokan air yang utama jika kebakaran terjadi. "Yang utama itu air dari kali bukan dari hidrant," ujar dia.
Selain itu, cara lain yang digunakan untuk mengatasi keterbatasan dalam usaha pemadaman kebakaran yakni dengan membangun hidrant kering. Dinas Pemadam menganggarkan Rp 59 miliar tahun ini untuk pembangunan instalasi hidrant kering.
Hidrant kering, ujar Subejo tidak tersambung dengan air dari PAM. Supply air dari kali yang dibuat tandonnya oleh pemadam. Hidrant akan ditempatkan di seluruh wilayah Jakarta.
ERWAN HERMAWAN