TEMPO.CO, Jakarta -Tingkat suku bunga acuan bank Indonesia (BI rate) yang dipangkas 25 basis point ke level 7,5 persen, menjadi katalis dominan yang mengangkat posisi indeks harga saham gabungan (IHSG). Aksi beli yang meningkat tajam, bahkan mendorong IHSG mencatat rekor baru di level 5.390,45 pada penutupan perdagangan.
Sejak dibuka, IHSG memang sudah menguat cukup signifikan. IHSG bahkan sempat menyentuh posisi intraday tertinggi sepanjang sejarah pada level 5.415,38.
Menurut kepala riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, dengan penurunan BI rate, pelaku pasar berharap kinerja pertumbuhan ekonomi dalam negeri bakal membaik. Kredit dapat tumbuh signifikan, aktivitas ekonomi masyarakat pun bakal mengalami peningkatan. “BI rate dipangkas, suku bunga pinjaman juga bakal turun,” kata dia.
Tak ayal, investor secara massif mengakumulasi saham perbankan dan saham-saham yang sensitif dengan suku bunga seperti properti dan otonomotif. Saham BBRI melaju kencang 4,0 persen ke level Rp 12.475 per lembar saham, ASII meningkat 1,9 persen menjadi Rp 7.950 per lembar saham, sementara LPKR melonjak 4,9 persen ke level Rp 1.170 per lembar saham.
Meski mencatatkan penjualan bersih senilai Rp 386 miliar, transaksi investor perdagangan asing terlihat sangat ramai, mencapai jumlah Rp 11,387 triliun. Setengah diantaranya, yakni sebesar Rp 634,7 miliar terkonsentrasi di saham-saham perbankan.
MEGEL JEKSON