TEMPO.CO, New York - Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah diketahui giat melakukan perekrutan perempuan muda untuk bergabung dengan kelompok ini. Yang tak kita ketahui, mereka menggunakan komoditas populer seperti Nutella, anak kucing, dan aneka emojis untuk menarik kaum wanita, terutama dari Barat, untuk berjuang bersama mereka.
"Intinya, mereka menggambarkan kehidupan bersama ISIS tak akan jauh berbeda dengan kehidupan mereka selama ini," kata CNN saat mewawancarai Nimmi Gowrinathan, profesor tamu di City College, New York.
Gowrinathan menyatakan pada awalnya ISIS tak memiliki divisi khusus perempuan. Namun, seperti banyak gerakan lainnya, mereka menyadari pentingnya membangun brigade perempuan, yang semula berada di garis belakang, agar kini mulai maju ke garis depan.
Berbagai kampanye perekrutan dilakukan, antara lain dengan mendekati calonnya melalui situs jejaring sosial. Carol Costello yang memandu wawancara mengatakan para perekrut ini membuat situs semacam majalah online bagi wanita. Isinya tentang seperti apa hidup sebagai wanita ISIS dan sebagai pejuang. "Ada beberapa blog yang membahas posisi perempuan di sana," katanya.
Wawancara Gowrinathan muncul dalam segmen pertama acara bertajuk "Newsroom" itu. Teks bertulis "ISIS mengumpan wanita dengan anak kucing dan Nutella" terpampang di layar selama wawancara berlangsung.
Beberapa menit setelah siaran itu mengudara, cemoohan mulai muncul di situs jejaring sosial. Splash screen dari tayangan ini dikutip ratusan kali oleh netter AS sebagai bahan candaan.
Max Fisher dari Vox.com pertama kali menuliskan tweet, "Oh, kami akan merekrut setengah dari staf kami dengan anak kucing dan Nutella." Dalam tweet lain ia menulis, "CNN bilang ISIS merekrut dengan anak kucing dan Nutella. Fox News menulis, "Perang Suci Dimulai."
Jurnalis Heidi N. Moor menulis, "Candaan CNN sangat jenius. Itu cara mereka memikat penonton sepanjang acara."
Namun, bagaimana pun, isi wawancara banyak memberi masukan. Profesor Gowrinathan dengan serius membahas masalah perempuan yang kehilangan haknya berbondong-bondong masuk dalam kelompok yang dia digambarkan sebagai "ideologi abad ketujuh dengan menggunakan teknologi abad ke-21." Dia mengatakan bahwa di Prancis mereka benar-benar menemukan bahwa 45 persen dari orang-orang yang menelepon hotline untuk bergabung dengan ISIS adalah perempuan muda.
RUSSIA TODAY | INDAH P.