TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Razak akhirnya buka suara atas kasus pembunuhan gadis cantik warga Mongolia, Altantuya Shaariibuu, pada tahun 2006. Najib merespons pernyataan mantan polisi Sirul Azhar Omar, saksi kunci dalam kasus kematian Altantuya.
"Itu sungguh-sungguh sampah," kata Najib usai menghadiri acara open house Imlek di Wisma MCA, Kuala Lumpur, hari ini, 19 Februari 2015.
Seperti dikutip dari Malaysia Insider hari ini, Najib dimintai tanggapannya atas pernyataan Sirul dalam satu wawancara khusus dengan Malaysiakini. Sirul, yang saat ini ditahan di Australia, menjelaskan bahwa ia diperintah oleh orang penting Malaysia untuk membunuh perempuan itu. "Saya menjalankan perintah. Orang penting yang memiliki motif masih bebas," ujarnya.
Selain menyebut nama Najib, Sirul juga meminta atasannya saat itu, Musa Safri, dimintai keterangan di pengadilan perihal perkara kematian Altantuya. Saat pembunuhan terjadi, Musa merupakan orang kepercayaan Najib.
Ayah Altantuyah Dr Setev Shaariibuu telah menjelaskan bahwa anak perempuannya ke Malaysia khusus untuk bertemu Najib.
Kasus pembunuhan Altantuya merupakan skandal terbesar Malaysia yang dicurigai melibatkan Najib. Perempuan berusia 28 tahun saat itu tewas ditembak dan jasadnya diledakkan oleh granat militer. Pembunuhan ini diduga untuk menutupi kasus suap dalam pembelian kapal selam buatan Prancis senilai US$ 1,1 miliar atau sekitar Rp 11 triliun.
Nilai uang suap itu diperkirakan US$ 142 juta atau sekitar Rp 1,8 triliun. Suap itu diduga untuk diberikan kepada sejumlah pejabat tinggi Malaysia.
Pengadilan banding Malaysia yang digelar pada tahun 2013 membebaskan Sirul dan Inspektur Polisi Azilah Hadri karena pengadilan sebelumnya dianggap keliru menetapkan terdakwa, termasuk tidak menghadirkan Musa.
Namun, pada persidangan tertinggi Malaysia yang disidangkan oleh lima hakim pada Januari 13, 2015, Sirul dan rekan kerjanya, Azilah Hadri, dijatuhi hukuman gantung.
MALAYSIA INSIDER | MALAYSIA KINI | MARIA RITA