TEMPO.CO, Madiun - Satu dari dua warga Desa Segulung, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, yang hanyut di sungai akibat banjir bandang di wilayah itu ditemukan tewas pada Jumat, 20 Februari 2015. "Sekitar pukul 10.00 tadi, mayat Mbah Ginah ditemukan di lahan persawahan wilayah Desa Joho, Kecamatan Dagangan," kata Kepala Desa Segulung, Kustoyo.
Sedangkan Ginem, 58 tahun, satu korban yang ikut hanyut, belum ditemukan. Hingga Jumat siang, petugas gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah TNI Angkatan Darat, kepolisian, dan warga masih melakukan pencarian di sejumlah titik.
Menurut Kustoyo, banjir bandang terjadi pada Kamis, 19 Februari 2015, sekitar pukul 19.00. Kala itu, air dari Sungai Seprau di kawasan lereng Gunung Wilis meluap hingga ke permukiman penduduk.
Sejumlah warga panik dan berusaha menyelamatkan diri. Apalagi air bah telah menghancurkan jembatan penghubung antardusun di Desa Segulung. "Saat kejadian, Mbah Ginah dan anaknya (Ginem) sedang berada di depan rumah yang mepet dengan sungai. Mereka hanyut dibawa air yang arusnya deras," ujarnya.
Selain menghanyutkan dua warga, hujan deras disertai angin kencang yang mengguyur wilayah Dagangan selama lebih dari lima jam itu juga merusak 15 rumah warga. Hingga kini, Pemerintah Kabupaten Madiun masih menghitung nominal kerugian akibat bencana alam tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Madiun Eddy Hariyanto mengatakan belum dapat menyebutkan total kerugian materiil yang dialami warga. Sebab, petugas Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya masih melakukan penghitungan. "Saya tidak berani memprediksi karena ini kaitannya dengan teknis," katanya.
Menurut dia, BPBD, warga, dan instansi lain masih berfokus mengevakuasi rumah warga yang rusak akibat hujan deras disertai angin kencang semalam. Sesuai rencana, upaya pembersihan tersebut dilakukan hingga tujuh hari ke depan. "Kerja bakti akan dilakukan untuk membantu warga yang terkena bencana ini," tuturnya.
NOFIKA DIAN NUGROHO