TEMPO.CO, Jakarta - Corporate Secretary Express Group Merry Anggraini mengatakan Tony Zahar, 53 tahun, sopir Express yang dibunuh pada Rabu, 18 Februari 2015, telah bekerja selama dua tahun di perusahaan taksi itu. Menurut dia, Tony memiliki kinerja yang baik.
"Dia orang yang bertanggung jawab," kata Merry ketika dihubungi Tempo, Jumat, 20 Februari 2015.
Merry bercerita, sebelum dibunuh, Tony menyatakan keinginannya menjadi Bravo atau sopir utama di Express. Saat tewas, Tony berstatus sopir cadangan. Menurut Merry, Tony sudah berencana membayar deposit sebesar Rp 7,5 juta sebagai syarat menjadi sopir utama Express. "Buku tabungan sudah di tangannya, dan dia meninggal," ujarnya.
Express, Merry menambahkan, telah memberikan dukungan moril dan materiil bagi keluarga Tony. Namun dia enggan menyebutkan jumlah santunan dari perusahaannya.
Tony ditemukan tewas di dalam taksinya pada Rabu, 18 Februari 2015, di Jalan Raya Rawa Bambu RT 13 RW 05, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Saat ditemukan, Tony masih uduk di belakang kemudi dengan luka sayat di leher dan kelingking.
Baca Juga:
Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Pasar Minggu Ajun Komisaris Murgiyanto mengatakan Tony melakukan perlawanan sebelum terbunuh. Hal itu terlihat dari luka pada jari tangan kiri Tony.
"Pelaku duduk di kursi penumpang belakang," kata Murgiyanto ketika dihubungi Tempo, Kamis, 19 Februari 2015.
Murgiyanto melanjutkan, setelah membunuh korban menggunakan pisau, pelaku membuang pisau itu di sebelah kanan taksi. "Kami sedang cek darah di taksi dan di pisau," ujarnya.
GANGSAR PARIKESIT