TEMPO.CO, Jakarta - Pada Rabu hingga Kamis kemarin, 14 penerbangan Lion Air dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, mengalami penundaan lebih dari 12 jam. Salah satu penyebabnya, menurut Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Keterbukaan Informasi Publik Hadi M. Juraid, adanya beberapa pesawat Lion Air yang dilarang terbang karena tidak mempunyai izin terbang (flight approval).
Ia menjelaskan bahwa manajemen Lion Air terlambat mengajukan izin penerbangan tambahan (extra flight). Maskapai dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia itu sudah menjual tiket, ucap dia, meskipun izin belum di tangan. Akibatnya, sekitar 1.200 penumpang telantar terkena dampak penundaan penerbangan (delay). “Tiket sudah telanjur dijual. Penundaan untuk penerbangan reguler dan tambahan,” ujar Hadi ketika dihubungi Tempo kemarin.
Menurut dia, sesuai dengan prosedur, pengajuan izin terbang di Kementerian mesti diajukan oleh maskapai paling lambat 3 x 24 jam sebelum penerbangan. Setelah itu, izin terbang akan diterbitkan paling lama 1 x 24 jam sejak diajukan pada hari kerja dan 3 x 24 jam pada hari libur. Maskapai penerbangan selain Lion Air, kemarin, tidak menemui masalah karena sudah menyiapkan izin terbang jauh-jauh hari. “Lion tak ajukan extra flight sesuai dengan ketentuan, yaitu H-3 penerbangan," katanya.
Hadi menegaskan, hingga kemarin, ada 14 penerbangan Lion Air yang mengalami penundaan lebih dari sekitar empat jam. Angka ini hanya dari penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Belum termasuk penundaan di Bandara Kualanamu, Deli Serdang; Bandara Juanda, Sidoarjo; serta Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar.
Soal tudingan telat mengajukan izin terbang tambahan dan surat teguran dari Kementerian, manajemen Lion Air belum bersedia memberikan tanggapan. Namun, soal penundaan, Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengakui dua pesawat mereka rusak karena menabrak obyek asing yang diduga berupa burung. “Dua pesawat itu bisa untuk melayani delapan penerbangan," katanya saat dihubungi kemarin.
Menurut Edward, dua pesawat yang kena serangan obyek asing tersebut harus diperbaiki sebelum digunakan lagi. Akibatnya, rentetan jadwal penerbangan Lion menjadi kacau.
Apalagi rusaknya dua pesawat tersebut tepat saat puncak liburan tahun baru Imlek. Namun dia mengklaim sejumlah penerbangan Lion yang mengalami delay lebih dari empat jam adalah penerbangan reguler, bukan extra flight. "Ini seperti mata rantai. Kalau satu rantai saja putus, kacau semua," katanya.
KHAIRUL ANAM | JONIANSYAH (TANGERANG) | AYU CIPTA (TANGERANG)