TEMPO.CO, Bojonegoro - Persiapan kedatangan jenazah korban kecelakaan Bus Sang Engon sudah terlihat pada Sabtu pagi, 21 Februari 2015. Kantor Kecamatan Dander, sekitar 15 kilometer dari Kota Bojonegoro, ramai dipenuhi warga desa itu.
Sebanyak 18 orang meninggal dan puluhan lain terluka saat bus Sang Engon dengan nomor polisi B-7222-KGA mengalami kecelakaan di Jalan Tol Jatingaleh, Semarang, Jumat sore, 20 Februari 2015.
Di rumah Siti, salah satu korban meninggal, di Desa Dander, juga sudah ramai. Belasan kursi telah ditata di depan rumah. Pemandangan serupa juga tampak di lapangan, tak jauh dari beberapa rumah duka. Di antaranya di rumah Kiai Syarif, yang ikut dalam kegiatan rombongan tersebut.
Bus itu mengalami kecelakaan saat membawa rombongan pengajian dan ziarah. Menurut Dwi, salah satu anggota keluarga korban, pengajian dan ziarah ke makam-makam tokoh agama atau wali sudah beberapa kali dilakukan. Biasanya, yang ikut ziarah dikenai uang transpor dan konsumsi sekitar Rp 100-150 ribu, dan bergantung pada jarak yang ditempuh.
Kegiatannya dilakukan bersama kelompok pengajian di rumah Kiai Syarif. "Jadi ini kegiatan rutin," katanya kepada Tempo, Sabtu, 21 Februari 2015. Namun tidak disangka terjadi kecelakaan bus di Semarang yang sebagian besar berisi jemaah dari Kecamatan Dander. "Kami semua turut sedih," katanya.
Melihat kondisi kecelakaan, diperkirakan bus nahas itu melaju dengan kecepatan tinggi dan hilang kendali saat memasuki Jalan Lingkar Jangli dengan medan yang menurun dan menikung. "Mungkin 100 kilometer per jam," kata Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Brigadir Jenderal Nor Ali di lokasi kejadian.
Kecepatan normal di jalur yang menikung tersebut adalah 40 kilometer per jam. Adapun Kepala Jasa Marga Semarang Bagus Cahya mengatakan jalur tersebut tidak termasuk lokasi rawan kecelakaan. Sebab, meski menikung, jalur itu landai. Kecelakaan terjadi karena bus melaju dengan kecepatan tinggi.
SUJATMIKO