TEMPO.CO, Jakarta - Penyedia sistem keamanan jaringan, Fortinet, memprediksi sejumlah tren keamanan dan infrastruktur jaringan di Indonesia. Pertumbuhan teknologi informasi berpotensi meningkatkan ancaman.
Perusahaan asal Negeri Abang Sam ini menggandeng lembaga riset Frost and Sullivan dalam menghimpun informasi dan data. Berikut ini prediksinya.
Pertama adalah pembobolan keamanan yang semakin sulit dibendung. "Para peretas bahkan kini sudah tahu model bisnis perusahaan yang bakal diserang," ujar Country Manager Fortinet Indonesia Jeremy Andreas di Jakarta, Jumat, 20 Februari 2015.
Untuk mengantisipasi serangan, hendaknya perusahaan selalu memperbarui sistem keamanan. Pada masa mendatang, arsitektur keamanan akan mengintegrasi sistem ancaman dan memutus rantai infeksi di titik-titik berbeda.
Serangan pun bakal meluas ke banyak sektor usaha. Selama ini perbankan dianggap rentan terhadap pencurian data karena bisnisnya berhubungan dengan nasabah. "Kini manufaktur dan e-commerce juga harus mewaspadai," kata Jeremy.
Kedua adalah penggunaan teknologi komputasi awan (cloud). Ledakan layanan komputasi awan, baik privat maupun hibrid, seharusnya dibarengi dengan pengelolaan keamanan yang semakin berkualitas.
Selanjutnya adalah infrastruktur moduler yang dipisahkan dan terpusat, yaitu pusat data (data center) dengan virtualisasi. Jeremy menyebutkan pusat data semacam ini memungkinkan setiap server-nya diisi dengan banyak aplikasi.
"Perusahaan harus menyiapkan sistem keamanan yang disesuaikan dengan teknologi virtualisasi," ucapnya.
Berikutnya adalah tren Internet of things dan industrial control system. Internet of thing memungkinkan mesin dioperasikan lewat kendali Internet, misalnya konsep rumah pintar. Sedangkan industrial control system dioperasikan untuk kepentingan yang lebih luas.
Meskipun praktis, kedua sistem itu mendatangkan dampak negatif berupa munculnya akses terhadap jaringan atau perangkat di banyak titik oleh pihak tidak berwenang.
Tren kelima adalah peningkatan bandwidth jaringan. "Ini berpotensi menghasilkan ancaman yang sangat besar, apalagi dengan banyaknya akses Internet gratis," kata Jeremy.
Terlebih, kata dia, ancaman ini semakin meningkat sejalan dengan kehadiran koneksi 4G long-term evolution (LTE) di Tanah Air.
Jeremy mengatakan kesadaran perusahaan di Indonesia akan sistem keamanan masih minim. Sejauh ini, perusahaan masih sebatas mengandalkan peranti lunak keamanan yang ditanamkan pada server. Padahal harus ada sistem enkripsi berlapis yang diperbarui secara berkala.
SATWIKA MOVEMENTI