TEMPO.CO, Kobe, Jepang - Pemerintah Kota Kobe, Prefektur Hyogo, Jepang, menargetkan proses rekonstruksi dan rehabilitasi Kota Kobe pascagempa hebat pada 1995 lalu, benar-benar rampung 100 persen pada 2015 ini. Sampai pertengahan Februari, proses rekonstruksi dan rehabilitasi sudah berjalan di kisaran 80-90 persen.
"Target kami adalah perbaikan kualitas hidup dan membangun kota yang aman dari bencana, khususnya gempa," kata Yuichi Honjo, ahli perencanaan kota yang juga Executive Director Kobe Institute of Urban Research di kantor JICA Kansai, Kobe, Jepang, akhir pekan ini. Tahap perencanaan rekonstruksi dan rehabilitasi kota, kata dia, juga melibatkan peran aktif masyarakat setempat.
Gempa Kobe yang terjadi pada 17 Januari 1995 merupakan gempa besar pertama yang melanda kota metropolitan di Jepang. Saat itu, Kota yang terletak di Prefektur Hyogo berpenduduk 1,5 juta jiwa itu menjadi wujud optimisme ekonomi Jepang terutama di wilayah barat. Pada awal Januari 1995, sebelum gempa, kota seluas 553 kilometer persegi itu dipenuhi permukiman yang berimpit, jalan layang, dan jaringan rel kereta api.
Menurut catatan pemerintah setempat, sebelum gempa, pelabuhan Kobe saat itu menempati peringkat enam terbesar di dunia dan terhubung dengan 500 pelabuhan di 135 negara lain. Sedikitnya 12 persen ekspor Jepang dikapalkan dari pelabuhan itu. Pada 1993, berat kontainer yang ditangani pelabuhan itu sekitar 300-400 juta ton.